Rabu, 23 Januari 2008

Investor kabur dari asia dan dollar menguat, berlanjut hingga akhir pekan

ursa
Rabu, 23/01/2008

Diprediksi berlanjut hingga akhir pekan
Investor 'kabur' dari Asia, dolar AS menguat

JAKARTA: Nilai tukar dolar AS kemarin sore menguat terhadap 14 valuta utama global, seiring dengan aksi investor yang keluar dari pasar saham Asia dan Eropa, serta aset yang memiliki tingkat imbal hasil tinggi.

Kondisi itu terjadi di tengah spekulasi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS yang diprediksi dapat menahan laju perekonomian global.

"AS dipercaya bakal mengalami resesi. Walaupun hal itu sulit terjadi karena memiliki bisnis yang menggurita, pelaku pasar terlihat mengamankan portofolio mereka," kata Rosady T.A. Montol, Head of Research Treasury Division PT Bank BNI Tbk kepada Bisnis kemarin.

Pelaku pasar, lajutnya, melepas aset yang memiliki tingkat imbal hasil besar dengan risiko yang tinggi. Aksi itu dilanjutkan dengan mencari instrumen investasi dengan risiko rendah, termasuk memburu yen Jepang.

Dia memprediksi kondisi ini masih berpeluang berlanjut hingga akhir pekan. "Tidak ada stimulus yang bisa membalikkan keadaan," ungkapnya.

Di pasar valuta kemarin, mata uang Negeri Paman Sam itu telah menyentuh level tertinggi dalam empat pekan terhadap euro, sebelum keluarnya laporan penurunan indeks kepercayaan terhadap bisnis di Jerman serta pertumbuhan ekspansi usaha dan jasa di Eropa.

Nilai tukar dolar AS kemarin sempat menguat menjadi US$1,4365 per euro, level tertinggi sejak 21 Desember, sebelum menyentuh posisi US$1,4388 dalam perdagangan sesi sore waktu London daripada level sehari sebelumnya US$1,4454 per euro.

Tsutomu Komiya, manajer investasi Daiwa Asset Management Co, Tokyo, memprediksi nilai tukar dolar AS dapat mencapai US$1,2 per euro pada tahun ini. Terhadap mata uang Jepang mata uang dolar AS telah menyentuh level 105,93 yen dari posisi sehari sebelumnya 105,99 yen.

Valuta Asia

Dari Asia dilaporkan, mata uang selain yen Jepang di kawasan itu, terjungkal dengan pelemahan terbesar dipimpin peso Filipina dan won Korea Selatan.

Peso telah melanjutkan pelemahan ke level terlemah dalam 10 bulan dan won menyentuh posisi terendah dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.

Delapan dari 10 valuta utama Asia terpuruk terhadap dolar AS, seiring anjloknya indeks MSCI Asia Pacific yang memuat saham utama di kawasan regional sebesar 20% ke level terendah sejak November.

"Kondisi menakutkan terjadi pada pasar saham dan investor kembali ke skala risiko itu. Kondisi ini tidak hanya pada pasar saham, pasar valuta juga terkena imbas," kata Katie Dean, ekonom senior Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Melbourne, seperti dikutip dari Bloomberg.

Nilai tukar peso kemarin melemah 1% menjadi 41,6 per dolar AS. Won Korsel terdepresiasi 0,6% menjadi 954 per dolar AS, setelah sempat menyentuh level 955,8, posisi terlemah sejak Oktober 2006.

Dolar Singapura terkoreksi 0,4% menjadi S$1,451, dolar Taiwan terdepresiasi 0,3% menjadi NT$32,439 per dolar AS, ringgit Malaysia melemah menjadi 0,1% menjadi 3,2955 per dolar AS.

"Penurunan performa pasar saham memukul dan memicu investor memasang posisi jual terhadap ringgit dan sebagian mata uang di regional. Ini merupakan risiko yang tidak disukai dan kondisi ini menjadi tidak baik saat ini," kata Yahya Mohd Nor, Head of Currency Trading Affin Bank Bhd.

Dia memprediksi nilai tukar ringgit dapat melemah ke posisi 3,338 per dolar AS pada pekan ini. (adhitya@bisnis.co.id)

Oleh Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: