Rabu, 23 Januari 2008

ulasan pasar koreksi bursa tekan indeks

Bursa
Rabu, 23/01/2008
ULASAN PASAR
Koreksi bursa global tekan indeks
JAKARTA: Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada penutupan perdagangan hari kedua pekan ini terus melanjutkan koreksinya sebesar 7,7% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.

IHSG anjlok 191,35 poin, tertekan ke level 2.294,52. Penurunan ini mengikuti pergerakan indeks bursa dunia termasuk regional Asia Pasifik yang turun dengan sangat drastis seperti Hang Seng yang terkoreksi 8,65%, Nikkei-225 5,65%, dan KOSPI 4,43%.

Pada penutupan sesi I perdagangan, IHSG ditutup di level 2.259,65, turun 226,23 poin yang berarti terkoreksi 9,10% hanya dalam waktu kurang dari 3 jam perdagangan dan koreksi ini, sekaligus merupakan catatan koreksi terburuk yang pernah dialami IHSG sepanjang sejarah bursa saham Indonesia.

Pelaku pasar dunia cenderung melepas kepemilikan saham mereka dan mengurangi komposisi portofolio di pasar saham, seiring tidak jelasnya perkembangan ekonomi AS dan ancaman resesi di negara tersebut yang hingga kini belum ada tanda-tanda perbaikan.

Ancaman likuiditas keuangan akibat krisis subprime mortgage menekan The Fed untuk menurunkan suku bunganya pada akhir bulan ini yang akan membuat investor berbondong-bondong keluar dari bursa saham AS untuk memburu aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi seperti obligasi mata uang lokal seperti SUN di Indonesia atau obligasi global tetapi tindakan tersebut tentu akan melemahkan dolar AS terhadap mata uang negara lain.

Dolar AS yang melemah semakin memperlemah daya beli publik AS dan menekan ekspor kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia ke AS.

Selain itu, ancaman resesi AS juga menekan harga minyak ke level US$86 per barel dan memengaruhi harga komoditas substitusi minyak seperti CPO yang akhirnya ikut tertekan ke level US$945 per metrik ton atau turun 4% dari perdagangan sebelumnya.

Kondisi harga pasar CPO dunia ini memberikan sentimen negatif terhadap emiten CPO di BEI. Saham Astra Agro turun 8,2% ke posisi Rp27.000 dan saham Bakrie Sumatera Plantations melemah 12% ke posisi Rp2.050.

Oleh Harry Setiadi Utomo
Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

The Fed coba jinakkan pasar

Halaman Depan
Rabu, 23/01/2008
The Fed coba jinakkan pasar
JAKARTA: Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, memangkas suku bunga secara darurat untuk pertama kali sejak 2001 guna mencegah krisis ekonomi yang semakin parah. Penurunan menjadi 3,5% diharapkan bisa menenangkan pasar finansial global yang sempat terjungkal.

Pembuat kebijakan The Fed, The Federal Open Market Committee, menurunkan patokan suku bunga pinjaman overnight menjadi 3,5% dari sebelumnya 4,25% atau turun 75 basis poin. FOMC semula dijadwalkan baru akan menggelar pertemuan pada 29 Januari-30 Januari.

"Saat ketegangan di pasar berkurang, kondisi pasar keuangan secara luas telanjur rusak," ujar The Fed dalam pernyataannya di Washington.

Seiring dengan langkah The Fed menurunkan suku bunga hingga 75 basis poin, Gedung putih kemarin membuka pintu bagi paket stimulus lebih dari US$150 miliar guna mencegah resesi AS. "Saya belum mendengar dari siapa pun mengenai stimulus lebih dari 1%, tetapi bukan berarti menutup pintu bagi negosiasi lanjutan," kata juru bicara Gedung Putih, Dana Perino, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Sebelumnya diberitakan Presiden George W. Bush menyampaikan proposal paket stimulus senilai US$150 miliar atau sekitar 1% dari PDB, yang meliputi diskon pajak bagi masyarakat berpendapatan menengah ke bawah dan pengurangan pajak bagi pebisnis. "Bush juga percaya penuh pada langkah Gubernur Bank Sentral AS Ben S. Bernanke serta tidak memprediksi terjadinya resesi di AS. Perlambatan memang pasti terjadi," kata Perino.

Namun bursa saham di AS bereaksi kurang optimal atas langkah Washington tersebut. Indeks Dow Jones melemah 144,7 ke level 11.954, 53 pada pembukaan perdagangan di New York.

Sebelum kebijakan itu diambil, sebagian besar indeks bursa di kawasan regional dan global rontok pada perdagangan kemarin. Indeks harga saham gabungan (IHSG) bahkan terjungkal ke posisi terendah dalam lima tahun. IHSG merosot 7,70% atau 191,35 poin ke level 2.294,52. Indeks malah sempat tergerus hingga 10% atau lebih dari 250 poin ke level 2.231,48.

Menurut data Bloomberg, anjloknya indeks merupakan yang terbesar sejak Oktober 2002, saat indikator perdagangan di bursa terpukul oleh ledakan bom di Bali yang menewaskan lebih dari 200 orang. Sejak awal tahun indeks merosot 436,98 poin dari level 2.731,507 pada 2 Januari.

Fundamental masih kuat

Analis Sucorinvest Central Gani Securities Albert Panjaitan memperkirakan sentimen negatif masih mendominasi penurunan indeks. Pergerakan indeks masih sulit ditebak. "Ketidakpastian ini timbul karena pemodal kehilangan kepercayaan untuk sementara. Mereka memilih untuk pegang cash demi keamanan. Namun, pada dasarnya fundamental pasar kita masih kuat," tuturnya, kemarin.

Di tengah anjloknya indeks, kurs rupiah terdepresiasi 33 poin menjadi Rp9.493 per dolar AS, terendah sejak enam bulan terakhir.

Analis Optima Investama Rachman Untung menambahkan penurunan indeks masih sehat. Penurunan itu pun belum sampai mengembalikan IHSG ke level sebelum terseret krisis subprime mortgage pada pertengahan Agustus 2007 di level 1.908,63. Padahal indeks bursa Eropa dan AS merosot kembali ke level di bawah sebelum krisis subprime.

Meskipun demikian, penurunan indeks kemarin memicu margin call, sehingga broker yang memberikan fasilitas pembiayaan kepada investor menjual paksa saham yang dijadikan jaminan pembiayaan. Pialang saham salah satu broker asing mengatakan beberapa saham yang terindikasi dijual paksa (force sell) a.l. PT Aneka Tambang Tbk, PT Barito Pacific Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Bakrieland Development Tbk, dan PT Timah Tbk.

Pemberi fasilitas margin melakukan force sell saham karena nilai jaminannya turun. "Salah satu indikasi terjadinya force sell adalah ada bid langsung dijual terus-menerus. Sebenarnya untuk menambah nilai jaminan bisa memberikan kas, tetapi penurunan indeks terjadi secara cepat. Mau tidak mau force sell dulu," tuturnya.

Di antara saham yang diduga terkena force sell dalam jumlah besar adalah Barito Pacific. "Masa semua broker jualan, sedangkan bid-nya sangat tipis."

Menurut pialang itu, Bursa Efek Indonesia bisa saja menghentikan sementara perdagangan saham kemarin untuk mencegah terjadinya penurunan indeks lebih dalam. Akan tetapi langkah itu tidak dilakukan.

"Sesuai SOP memang ada [mekanisme penghentian sementara], tetapi harus dilihat juga reaksi pasar. Saya rasa tidak akan sampai ke sana," kata Dirut Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah.

Saatnya beli

Kepala Riset BNP Paribas Ferry Wong, dalam surat elektronik ke investor, mengatakan saat ini waktu membeli saham perusahaan bagus dengan fundamental yang kuat.

"Kami yakin pasar dan perekonomian Indonesia akan lebih baik saat AS mengalami resesi karena ekonomi domestik yang independen, suku bunga yang relatif rendah dan memacu kredit, insentif pajak untuk emiten, dan harga CPO dan batu bara yang kuat," tuturnya.

Selain IHSG, indeks Nikkei 225 Jepang anjlok 5,7% menjadi 12.573,05, yang merupakan persentase penurunan terbesar dalam 10 tahun terakhir. Sehari sebelumnya, indeks tersebut juga anjlok 3,9%.

Kendati bursanya melemah, The Bank of Japan tetap mempertahankan patokan tingkat suku bunga pada level 0,5% dan optimistis ekonomi tetap akan tumbuh meskipun akan lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan.

Di belahan lain, indeks Shanghai juga anjlok 7,2%, level terendah sejak Agustus 2007. Indeks saham Australia pun terjungkal 7,1%, penurunan terbesar dalam hampir 20 tahun terakhir. Di Hong Kong, indeks Hang Seng turun 8,2% pada perdagangan sore kemarin, setelah mengalami penurunan 5,5% pada hari sebelumnya.

Di India, Menteri Keuangan P.Chidambaram meminta investor tetap tenang setelah perdagangan di Mumbai dihentikan selama satu jam, menyusul anjloknya saham hingga 10% pada menit-menit awal perdagangan. Pada perdagangan sore kemarin yang masih relatif rentan, The Sensex turun 6,2%.

Rebound tipis terlihat di sejumlah bursa dunia. Hingga berita ini diturunkan pada pkl 00.30 WIB, indeks Dow Jones turun 106 poin menjadi 11.993,3, relatif menguat dibandingkan dengan posisi pembukaan. (abraham.runga@bisnis.co.id) Reportase: Rahayuningsih/Pudji Lestari/ Wisnu Wijaya/Mia Chitra Dinisari/Gajah Kusumo/ Nana Oktavia Musliana/Berliana Elisabeth S./ 03/06

Oleh Abraham Runga
Bisnis Indonesia

Jakarta siapkan jurus redam dampak krisis AS

Halaman Depan
Rabu, 23/01/2008
Jakarta siapkan jurus redam dampak krisis AS
JAKARTA: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pemerintah tengah menyiapkan sejumlah langkah guna mengantisipasi situasi kian memburuknya pasar finansial Indonesia akibat meluasnya krisis subprime mortgage di AS.

Dia mengatakan langkah-langkah tersebut masih dilihat dan dibicarakan bersama bank sentral.

"Beberapa antisipasi dan alternatifnya kita sedang lihat, tentu karena perubahan ini berjalan cepat. Tapi saya belum bisa umumkan sekarang," ujarnya dalam konferensi pers di Departemen Keuangan, kemarin.

Namun dari sisi fiskal, lanjutnya, pemerintah akan menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2008 sebesar 1,7% dari produk domestik bruto atau setara Rp74 triliun. Menurut dia, kondisi dalam negeri tetap aman dan akan bertahan di tengah goncangan serta kecenderungan resesi ekonomi AS.

Dia berjanji untuk menjaga defisit anggaran, meskipun keadaannya lebih sulit tahun ini akibat kian tingginya risiko turbulensi pada awal tahun. "Apapun kondisinya pemerintah tetap menjaga defisit 1,7%,"

Sri Mulyani mengakui kondisi pasar pada 2008 jauh lebih sulit dibandingkan dengan 2007. Karena itu, pemerintah tidak akan menambah tekanan pada defisit. Risiko goncangan pada tahun ini, kata Menkeu, akan membuat pelaku pasar cenderung menahan diri sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada prospek perekonomian dunia 2008.

Jaga momentum

Di tempat yang sama, Menko Perekonomian Boediono menyatakan keyakinan kondisi dalam negeri tidak akan terganggu di tengah ketidakpastian global, karena pemerintah dapat menjaga momentum.

"Momentum internal ini kami jaga. Indonesia tidak akan terkena resesi karena komoditas ekspor yang dimiliki masih menguntungkan. Harga [komoditas ekspor] Indonesia cukup bagus dan harga minyak mulai menurun," ujarnya.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menjelaskan Indonesia seperti halnya negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) lain mempunyai instrumen untuk melindungi pasar dalam negeri dari kemungkinan tindakan dumping, subsidi, dan safeguard. "Kita punya instrumen perdagangan yaitu antidumping dan safeguard. Tapi tidak ada [kebijakan] proteksi [pasar dalam negeri]," katanya.

Selain itu, Menkeu juga menyatakan tidak akan mengubah komposisi belanja subsidi, dengan menggeser tambahan beban subsidi energi ke subsidi pangan.

Namun, bila ada perubahan jumlah anggaran, pemerintah akan melakukan pembicaraan dengan DPR. Pemerintah akan melaporkan rencana tersebut melalui mekanisme APBN Perubahan.

Menkeu juga menyatakan akan menjaga komposisi utang dan pinjaman luar negeri di sisi pembiayaan defisit. Di sisi penerimaan akan diupayakan penambahan target dari setoran PPN dan PPh, penerimaan negara bukan pajak, serta dividen BUMN. (Lutfi Zaenudin) (bastanul.siregar@bisnis.co.id/diena.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Bastanul Siregar & Diena Lestari
Bisnis Indonesia

Investor kabur dari asia dan dollar menguat, berlanjut hingga akhir pekan

ursa
Rabu, 23/01/2008

Diprediksi berlanjut hingga akhir pekan
Investor 'kabur' dari Asia, dolar AS menguat

JAKARTA: Nilai tukar dolar AS kemarin sore menguat terhadap 14 valuta utama global, seiring dengan aksi investor yang keluar dari pasar saham Asia dan Eropa, serta aset yang memiliki tingkat imbal hasil tinggi.

Kondisi itu terjadi di tengah spekulasi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS yang diprediksi dapat menahan laju perekonomian global.

"AS dipercaya bakal mengalami resesi. Walaupun hal itu sulit terjadi karena memiliki bisnis yang menggurita, pelaku pasar terlihat mengamankan portofolio mereka," kata Rosady T.A. Montol, Head of Research Treasury Division PT Bank BNI Tbk kepada Bisnis kemarin.

Pelaku pasar, lajutnya, melepas aset yang memiliki tingkat imbal hasil besar dengan risiko yang tinggi. Aksi itu dilanjutkan dengan mencari instrumen investasi dengan risiko rendah, termasuk memburu yen Jepang.

Dia memprediksi kondisi ini masih berpeluang berlanjut hingga akhir pekan. "Tidak ada stimulus yang bisa membalikkan keadaan," ungkapnya.

Di pasar valuta kemarin, mata uang Negeri Paman Sam itu telah menyentuh level tertinggi dalam empat pekan terhadap euro, sebelum keluarnya laporan penurunan indeks kepercayaan terhadap bisnis di Jerman serta pertumbuhan ekspansi usaha dan jasa di Eropa.

Nilai tukar dolar AS kemarin sempat menguat menjadi US$1,4365 per euro, level tertinggi sejak 21 Desember, sebelum menyentuh posisi US$1,4388 dalam perdagangan sesi sore waktu London daripada level sehari sebelumnya US$1,4454 per euro.

Tsutomu Komiya, manajer investasi Daiwa Asset Management Co, Tokyo, memprediksi nilai tukar dolar AS dapat mencapai US$1,2 per euro pada tahun ini. Terhadap mata uang Jepang mata uang dolar AS telah menyentuh level 105,93 yen dari posisi sehari sebelumnya 105,99 yen.

Valuta Asia

Dari Asia dilaporkan, mata uang selain yen Jepang di kawasan itu, terjungkal dengan pelemahan terbesar dipimpin peso Filipina dan won Korea Selatan.

Peso telah melanjutkan pelemahan ke level terlemah dalam 10 bulan dan won menyentuh posisi terendah dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.

Delapan dari 10 valuta utama Asia terpuruk terhadap dolar AS, seiring anjloknya indeks MSCI Asia Pacific yang memuat saham utama di kawasan regional sebesar 20% ke level terendah sejak November.

"Kondisi menakutkan terjadi pada pasar saham dan investor kembali ke skala risiko itu. Kondisi ini tidak hanya pada pasar saham, pasar valuta juga terkena imbas," kata Katie Dean, ekonom senior Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Melbourne, seperti dikutip dari Bloomberg.

Nilai tukar peso kemarin melemah 1% menjadi 41,6 per dolar AS. Won Korsel terdepresiasi 0,6% menjadi 954 per dolar AS, setelah sempat menyentuh level 955,8, posisi terlemah sejak Oktober 2006.

Dolar Singapura terkoreksi 0,4% menjadi S$1,451, dolar Taiwan terdepresiasi 0,3% menjadi NT$32,439 per dolar AS, ringgit Malaysia melemah menjadi 0,1% menjadi 3,2955 per dolar AS.

"Penurunan performa pasar saham memukul dan memicu investor memasang posisi jual terhadap ringgit dan sebagian mata uang di regional. Ini merupakan risiko yang tidak disukai dan kondisi ini menjadi tidak baik saat ini," kata Yahya Mohd Nor, Head of Currency Trading Affin Bank Bhd.

Dia memprediksi nilai tukar ringgit dapat melemah ke posisi 3,338 per dolar AS pada pekan ini. (adhitya@bisnis.co.id)

Oleh Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

Yahoo rumahkan 700 karyawan

Ekonomi Global
Rabu, 23/01/2008
KANAL
Yahoo rumahkan 700 karyawan
SAN FRANSISCO: Yahoo! Inc akan mengurangi sekitar 5% atau 700 tenaga kerja, guna mengorganisasi kembali struktur perusahaan agar mampu berkompetisi dengan Google Inc.

Menurut sumber yang dekat dengan Yahoo!, pengumuman pemangkasan karyawan tersebut akan dilakukan bersamaan dengan pengumuman laporan kinerja yang diselenggarakan pada 29 Januari.

Namun, juru bicara Yahoo! May Petry menolak memberikan komentar mengenai berita tersebut. "Perusahaan akan mengeliminasi beberapa area bisnis," ujar Petry, melalui pernyataan resmi, kemarin.

Dalam tujuh kuartal terakhir, perolehan laba Yahoo! mengalami penurunan, menyusul kegagalan perusahaan ini dalam bersaing dengan Google dan kompetitor baru seperti Facebook Inc dan MySpace milik News Corp.

Akibat penurunan laba tersebut, CEO Yahoo! Jerry Yang, yang menggantikan Terry Semel pada Juni tahun lalu, mulai melakukan reorganisasi terhadap perusahaan tersebut. (Bloomberg/03)

Ekonomi AS jadi penentu : WEF bahas krisis keuangan dan energi

Ekonomi Global
Rabu, 23/01/2008
Ekonomi AS jadi penentu
WEF bahas krisis keuangan dan energi
JAKARTA: Ambruknya pasar keuangan akibat kerugian besar-besaran bank-bank investasi AS-memicu penguatan dugaan resesi AS serta kiprah sovereign wealth funds-dan kestabilan sumber energi dunia menjadi agenda utama World Economic Forum (WEF) 2008.

WEF juga akan memastikan peran India dan China dalam menggantikan mesin perekonomian dunia yang selama ini lebih banyak didorong oleh ekonomi Negeri Paman Sam.

Peran utama AS dalam perekonomian global menyebabkan forum itu, berupaya menggali cara bagaimana Presiden AS mendatang mengembalikan kepercayaan pasar terhadap negeri yang diduga kuat mengalami resesi.

Forum yang rutin digelar setiap tahun itu juga akan memetakan berbagai ancaman terbesar sepanjang 2008 serta upaya mengatasi berbagai persoalan dunia, terutama menyangkut jaminan kestabilan pasokan energi dari Rusia dan Asia Tengah untuk kawasan Eropa.

Selain itu, kiprah aktif sovereign wealth funds (SWFs), semacam dana-dana pemerintahan negara sedang berkembang, dalam membeli aset-aset di AS pascakrisis subprime mortgage, juga bakal menjadi perhatian utama.

Dana SWFs, yang diduga mencapai US$12 triliun pada 2015, sempat menjadi perdebatan di negara maju karena diduga berasal dari hasil korupsi.

WEF juga mengagendakan pertemuan untuk mengevaluasi peran lembaga pemeringkat dalam kejatuhan pasar kredit perumahan kelas dua di AS, karena disebut-sebut memberi rating yang tidak sesuai dengan risiko alias berlebihan.

Peran bank sentral

Peran bank sentral juga akan menjadi perhatian dalam pertemuan, khususnya menyangkut penurunan tingkat suku bunga dan likuiditas dana jangka pendek.

Tindakan The Fed yang secara 'tiba-tiba' menurunkan suku bunga sebanyak 75 basis poin tadi malam, dari 4,25% menjadi 3,5%, tampaknya bakal menjadi perhatian serius dari para peserta pertemuan.

Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2008 di Davos akan mengetengahkan topik utama 'Kekuatan inovasi kolaboratif' sebagai kelanjutan topik yang dibahas pada pertemuan WEF 2007.

WEF merupakan forum bagi para CEO perusahaan skala multinasional hingga para pejabat pemerintahan negara maju.

Sebelum pengumuman penurunan tingkat suku bunga AS, sebagian besar analis memperkirakan The Fed bakal menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan Komite Pasar Terbuka bank sentral AS itu (FOMC) menjelang akhir Januari dan 50 basis poin lainnya pada Maret mendatang.

Berdasarkan catatan pertemuan The Fed pada 11 Desember, yang diterbitkan di situs resminya, FOMC memutuskan untuk menurunkan target fed fund rate sebesar 25 basis poin ke level 4,25%. Keputusan itu diambil guna menciptakan kondisi keuangan dan moneter yang akan memperkuat stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan.

Menurut catatan pertemuan itu, data yang diterima The Fed menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan setelah meningkatnya ketegangan di pasar keuangan.

Kepala Departemen Investasi Perbankan UBS di Indonesia, Jonathan Chang menyatakan kondisi yang terjadi di pasar kredit subprime, hanya akan menjadi masalah bagi lembaga keuangan di AS.

"Jika suku bunga [The Fed] dipangkas secara radikal sebesar 2% tahun ini, itu harapan UBS dan mungkin saja terjadi, maka pertanyaannya adalah apa alternatif untuk menginvestasikan uang mereka. Ini berarti tergantung permintaan dan pasok."

Jonathan juga meyakini tidak akan ada resesi di AS, melainkan perlambatan ekonomi. Kekhawatiran yang muncul, kata dia, adalah jika resesi benar-benar terjadi di AS, itu mungkin akan berdampak ke China dan India yang mencatat pertumbuhan tercepat di dunia dan bergantung pada pasar AS untuk pemasaran produknya.

Sementara itu, para menteri keuangan Eropa, seperti dikutip Bloomberg, mengatakan bahwa anjloknya pasar saham global dan perlambatan ekonomi AS mengancam memicu perlambatan pertumbuhan di Eropa.

"Situasi ekonomi dan pasar keuangan mencatat volatilitas yang tinggi, tawarannya menjadi lebih tidak pasti daripada biasa. Jika AS benar-benar melambat, jelas itu akan terasa di kawasan pengguna euro," ujar Menteri Keuangan Luksemburg Jean-Claude Juncker. (03) (nana.oktavia@bisnis.co.id/gajah.kusumo@bisnis.co.id)

Oleh Nana Oktavia Musliana & Gajah Kusumo
Bisnis Indonesia

Sosok : Lebih banyak ngantor di pesawat

Teknologi Informasi
Rabu, 23/01/2008
SOSOK
Lebih banyak ngantor di pesawat
"Jadi kantor Anda di Singapura?" tanya Bisnis, pada awal perjumpaan dengan Dion Weisler, Vice President & General Manager Lenovo Asean & Korea, beberapa waktu lalu.

Yang ditanya diam sejenak sambil tersenyum. "Sebenarnya saya lebih banyak berkantor di pesawat terbang," jawab Weisler lalu tertawa.

Pria ramah ini memang kerap bepergian ke berbagai negara. Pagi hari dia bisa makan pagi di Bangkok, siangnya sudah di Jakarta, dan malam hari kembali ke Singapura.

Bukan sekali Weisler terjaga di hotel dan memerlukan waktu lama untuk mengenali kota mana yang sedang disambanginya. "Pagi tadi juga saya begitu. Bangun dari tidur dan bingung. Ada di mana ya saya sekarang? Saya mencoba mengingat-ingat dan menemukan jawabannya. Ha...ha...ha..., ini sering terjadi."

Weisler bertanggung jawab terhadap pemasaran, penjualan, dan distribusi produk-produk Lenovo di wilayah Asean dan Korea. "Teknologi informasi merupakan dunia yang sangat dinamis. Ini pekerjaan yang sangat menantang dan saya senang menjalaninya," tuturnya, bersemangat.

Weisler memang bukan orang baru di jagat teknologi informasi (TI). Jejaknya pada industri ini telah dimulai sejak 17 tahun lalu. Lulusan Ilmu Aplikasi Komputer Universitas Monash Australia ini sebelumnya pernah menempati beragam posisi penting di beberapa perusahaan TI, seperti Telstra Corporation, Acer, Vantage, dan Oshima Computers.

Untuk lebih memantapkan posisi Lenovo, Weisler mengatakan upaya membangun merek merupakan pekerjaan yang harus terus-menerus dilakukan. Di Indonesia vendor ini akan lebih giat memperluas penyebaran Lenovo Exclusive Store, yang menyediakan jajaran produk Lenovo, dan Lenovo Corner.

Oleh Ratna Ariyanti
Wartawan Bisnis Indonesia

Mendewasakan Bursa

Tajuk
Rabu, 23/01/2008
Mendewasakan bursa
Pasar modal di dalam negeri dalam tiga hari belakangan ini kembali terimbas oleh kondisi bursa global yang memburuk. Pada perdagangan kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada level 2.295,524, terperosok hampir 191,355 poin (7,7%) yang merupakan penurunan terbesar.

Padahal, akhir tahun lalu indeks sempat menyentuh level 2.800. Kondisi ini dipicu oleh kekhawatiran pemodal terhadap perlemahan ekonomi Amerika Serikat, dan bisa makin memburuk bila pemodal panik dan menarik dananya besar-besaran.

Bila kita telaah secara mendalam dan belajar dari pengalaman, kejatuhan pasar modal lebih banyak disebabkan dan dipicu oleh perilaku para petualang keuangan yang memanfaatkan bursa sebagai lahan untuk meraup untung lewat sistem ekonomi kapitalis tersebut. Sistem perdagangan dengan margin trading juga semakin memperparah kejatuhan pasar modal, karena para pemodal akan dipaksa menjual sahamnya apabila modalnya telah tergerus.

Bursa adalah mekanisme ekonomi yang di dalamnya memiliki, bahkan dominan, unsur sentimen dan persepsi, sehingga faktor-faktor tersebut lebih banyak memengaruhi investor dalam mengambil keputusan bertransaksi saham. Pemerintah memang tidak boleh pesimistis dalam menghadapi kondisi seperti ini, tetapi juga tidak boleh sombong dan terlalu percaya diri atas kondisi fundamental perekonomian dalam negeri.

Bagaimanapun, pasar-biasanya-akan lebih percaya pada rumor dan sentimen pasar dibandingkan dengan pernyataan resmi pejabat pemerintah yang menegaskan bahwa pondasi ekonomi Indonesia cukup kokoh. Kenyataannya, kejadian serupa pernah terjadi satu dekade lalu yang menyeret Indonesia ke dalam krisis finansial.

Mencermati dan belajar dari pengalaman masa lalu, langkah nyata yang harus dilakukan pemerintah, pelaku bursa, dan masyarakat adalah mengambil langkah strategis dan terintegrasi untuk menjaga pasar modal dan perekonomian nasional. Pemerintah dan otoritas moneter hendaknya bisa memberikan pernyataan yang bisa menenangkan pasar, lebih meyakinkan pemodal mengenai kondisi fundamental ekonomi, hingga kebijakan investasi di dalam negeri, dengan tetap transparan mengenai risiko yang menyertainya.

Otoritas bursa dituntut membuat regulasi yang mampu melindungi pasar modal dari pengaruh negatif kondisi global yang kurang menguntungkan seperti saat ini. Ide penghentian perdagangan (suspend) secara otomatis apabila IHSG anjlok hingga level tertentu, seperti yang diterapkan terhadap saham yang mengalami kenaikan atau turun lebih dari 3%, rasanya bisa dikaji. Langkah suspend bursa dalam kondisi yang tak menguntungkan telah dilakukan beberapa bursa di negara lain guna melindungi pasar modalnya.

Aturan mengenai perdagangan margin trading yang sering menjadi biang keladi kejatuhan bursa, harus diregulasi lebih rigit tanpa mengurangi keleluasaan para pemodal berinvestasi. Sistem penyaringan yang lebih baik bagi para pemain di pasar modal merupakan langkah preventif untuk menghindari masuknya patualang keuangan di pasar modal.

Langkah terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi pasar modal kepada masyarakat secara berkesinambungan dalam upaya pendewasaan pemahaman berinvestasi di pasar modal. Hal ini agar para pemodal tidak gampang panik bila menghadapi kondisi yang kurang nyaman seperti saat ini.

Semua langkah strategis ini harus dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan guna lebih memperkokoh pasar modal nasional. Bagaimanapun bursa telah menjadi salah satu pondasi dan indikator perekonomian nasional.


Rabu, 16 Januari 2008

BI : Waspadai potensi lonjakan inflasi

Ekonomi Makro
Kamis, 17/01/2008
BI: Waspadai potensi lonjakan inflasi
JAKARTA: Bank Indonesia (BI) mengingatkan pemerintah potensi kenaikan inflasi yang lebih tinggi pada Januari ini menyusul terganggunya distribusi bahan makanan.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S. Goeltom mengatakan dalam bulan Januari ini, rata-rata selama 10 hari terakhir inflasi di atas 1,13%, sementara pada tahun lalu tercatat hanya 1,9%.

"Tekanan inflasi bukan hanya karena faktor kenaikan harga kedelai, kita juga lihat tekanan dari bahan makanan jadi dan sebagainya. Namun, inflasi bulan ini bukan patokan bagi menggambarkan inflasi secara keseluruhan pada 2008 ini," katanya, kemarin.

Menurut dia, faktor kenaikan inflasi dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan sehingga pemerintah harus melakukan sesuatu untuk mengurangi harga tersebut seperti menurunkan bea masuk hingga 0% untuk komoditas kedelai.

Saat ini, katanya, pengendalian bahan-bahan makanan sangat penting supaya tidak terlalu menekan kenaikan harga. BI sendiri terus membantu pemerintah terutama dalam memberikan informasi mengenai tekanan harga.

Di tempat terpisah, Menko Perekonomian Boediono menyatakan siap menambah jumlah importir kedelai kapan saja jika diperlukan sebagai upaya menekan harga. Namun, dia mengatakan pemerintah tidak dapat berbuat banyak atas kenaikan harga kedelai di pasar internasional tersebut. "Apa pun yang dapat dilakukan untuk menekan biaya akan kami lakukan," ujarnya.

Menurut dia, kenaikan harga kedelai di pasar internasional sudah di luar kendali pemerintah. Kendati begitu, pemerintah akan mengawasi dan memangkas sejumlah biaya yang menyertai komoditas itu.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Centre for Agricultural Policy Studies H.S. Dillon menilai kebijakan revitalisasi pertanian pemerintah masih menjadi wacana dan komoditas politik, menyusul ketergantungan bahan-bahan pokok kepada pasar internasional.

Karena itu, pemerintah perlu bersiap-siap menghadapi risiko gejolak harga bahan makanan pokok yang lebih parah, menyusul maraknya konversi tanaman pangan menjadi tanaman energi.

"Sampai sekarang belum ada kebijakan konkret yang diberikan pada petani untuk meningkatkan produksi beras dan bahan-bahan pokok lainnya. Akibatnya, impor bahan pangan menjadi solusi yang terus diambil," tuturnya kemarin. (10) (arif.gunawan@bisnis.co.id/diena.lestari@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S. & Diena Lestari
Bisnis Indonesia

Prediksi Ancaman resesi AS picu koreksi lanjutan indeks

Bursa
Kamis, 17/01/2008
PREDIKSI
Ancaman resesi AS picu koreksi lanjutan indeks
JAKARTA: Indeks harga saham gabungan Bursa Efek Indonesia pada penutupan perdagangan kemarin terkoreksi sangat signifikan 5,04% atau 137,72 poin dari level penutupan Selasa, sehingga membawa level IHSG ke posisi 2.592,31.

Koreksi besar-besaran ini sebagai lanjutan dari koreksi sejak awal pekan ini akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap ancaman resesi AS yang semakin besar kemungkinan terjadinya berdasarkan tingkat pengangguran pada Desember 2007 yang sebesar 5% dan harga minyak yang sempat tidak terkendali mencapai level US$100 per barel.

Selain itu, kerugian yang diderita oleh beberapa perusahaan keuangan terkemuka AS seperti Citigroup dan Merrill Lynch akibat krisis subprime mortgage yang berdampak semakin sulitnya likuiditas keuangan di AS turun menebar sentimen negatif ke bursa saham.

Keadaan ini semakin memperkuat keyakinan pelaku pasar bahwa kondisi daya beli masyarakat AS melemah. Dugaan ini pun cukup beralasan bila kita melihat ke laporan penjualan ritel AS yang menurun sebesar 0,4% pada bulan Desember 2007 menuju ke level paling rendah sejak 2002.

Pelaku pasar juga dapat menduga ancaman resesi AS yang semakin dekat ini dari pergerakan harga minyak yang turun cukup dalam hingga ke level US$91 per barel yang juga adalah posisi terendah sejak 20 Desember 2007.

Situasi itu mencerminkan potensi penurunan kegiatan produksi di negara adidaya tersebut dan resesi AS tentunya akan memengaruhi nilai ekspor kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia dan menekan sejumlah harga komoditas ekspor serta memangkas pendapatan emiten di kawasan ini.

Pelaku pasar terus melepas sahamnya terutama untuk saham ritel, elektronik, dan komoditas yang berimbas terkoreksinya hampir seluruh indeks di Asia Pasifik pada perdagangan kemarin seperti Hang Seng dan Nikkei-225 yang turun 5,37% dan 3,35%, serta KOSPI yang terkoreksi 2,4%.

Beberapa harga komoditas di bursa komoditas London seperti timah dan nikel rata-ratat turun 3% dan bagi saham Timan dan International Nickel hal ini memberikan sentimen negatif berupa koreksi signifikan sebesar 5,4% dan 6% ke posisi Rp29.000 dan Rp9.450.

Harga minyak yang bergerak turun ke level US$91 akan berpotensi menurunkan permintaan terhadap komoditas alternatif pengganti bahan bakar minyak seperti minyak sawit untuk produk biofuel.

Oleh Harry Setiadi Utomo
Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

US Trade Representative evaluasi HAKI Indonesia

Perdagangan
Kamis, 17/01/2008
USTR evaluasi HaKI Indonesia
JAKARTA: Pemerintah Indonesia segera mengadakan pertemuan dengan United States Trade Representatiev (USTR) berkaitan dengan evaluasi penegakan hukum di bidang HaKI, khususnya hak cipta.

Ansori Sinungan, Direktur Hak Cipta, Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM, mengatakan bahwa pertemuan dijadwalkan berlangsung pekan depan di Jakarta. "Barbara Weissel wakil dari USTR akan datang ke Indonesia untuk mengevaluasi masalah HaKI di dalam negeri," ujar Ansori.

Dia mengemukakan bahwa pertemuan itu sangat penting artinya bagi Indonesia karena merupakan bagian dari evaluasi yang dilakukan oleh USTR soal penegakan hukum hak cipta di dalam negeri.

USTR, katanya, ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan dan komitmen Pemerintah Indonesia di bidang HaKI selama tahun lalu. "Kita siap memberikan informasi yang dibutuhkan oleh USTR,"katanya.

Informasi yang disampaikan kepada USTR, katanya, sangat menentukan karena berkaitan dengan posisi Indonesia nantinya. "Yang jelas, pemerintah sudah menyatakan komitmennya untuk menegakkan hukum hak cipta dan memberikan perlindungan hukum terhadap HaKI."

USTR setiap tahun menerbitkan daftar negara yang masuk dalam pengawasan terhadap mitra dagangnya berkaitan dengan perlindungan dan penegakan hukum HaKI (mencakup hak cipta, paten, merek, desain industri dan rahasia dagang).

Oleh Suwantin Oemar
Bisnis Indonesia

Jepang - Undang2 bagi korban hepatitis C

Tajuk
Kamis, 17/01/2008
Undang-undang bagi korban hepatitis C
Parlemen pada Jumat pekan lalu menerbitkan undang-undang khusus untuk memberikan kompensasi masyarakat yang terinfeksi virus hepatitis C akibat produk darah yang tercemar. Butuh waktu lima tahun sejak para korban menggugat pemerintah dan perusahaan farmasi karena adanya tragedi tersebut.

Para penggugat, yang terkena infeksi hepatitis C melalui dua jenis produk darah, akan menerima kompensasi tergantung pada kondisi mereka. Masyarakat yang menderita kanker hati atau sirosis, sebagai contoh, akan menerima kompensasi 40 juta yen.

Seluruh kasus hukum ini akan diselesaikan dan pertempuran di pengadilan yang memakan waktu lama segera berakhir. Diperkirakan setidaknya 3,5 juta orang terkena infeksi hepatitis B atau C. Keputusan pengadilan ini juga menjadi katalis bagi pemerintah dan publik untuk mengubah perhatian mereka untuk membantu para korban. Para penggugat perlu dipuji untuk prestasi ini, tetapi secara bersamaan masalah lain harus diselesaikan pula.

Aturan baru itu menyebutkan, pemerintah bertanggung jawab karena gagal mencegah tersebarnya penyakit itu dan perlunya membantu para korban tanpa memandang kapan mereka dirawat dengan produk darah yang tercemar tersebut.

Namun, aturan itu hanya bisa diterapkan pada korban yang dapat menunjukkan catatan medis terkini untuk membuktikan bahwa mereka pernah dirawat menggunakan produk darah yang tercemar. Dengan ketentuan ini, setidaknya 1.000 orang akan mendapatkan kompensasi, termasuk 200 penggugat.

  • The Asahi Shimbun, 16 Januari
  • Bukopin layani bayar listrik isi ulang

    Keuangan
    Kamis, 17/01/2008
    Bukopin layani bayar listrik isi ulang
    BANDUNG: PT Bank Bukopin Tbk bersama PT PLN (Persero) menandatangani perjanjian kerja sama perpanjangan payment point online bank (PPOB) dan pembayaran isi ulang listrik prabayar.

    Naskah perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani di Bandung tadi malam oleh Direktur Komersial Bank Bukopin Mikrowa Kirana, Direktur Pelayanan & Distribusi Bank Bukopin Agus Hernawan, serta General Manager PLN Distribusi Jabar dan Banten Murtaqi Syamsuddin, disaksikan oleh Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi dan Direktur Utama PLN Eddie Widiono.

    Glen mengatakan perjanjian kerja sama ini mengacu pada kebutuhan nasabah dan diharapkan akan menjadi titik tolak bagi para pelanggan PLN dalam menikmati layanan yang mudah dan cepat khususnya dalam pembayaran tagihan listrik.

    "Kerja sama PPOB ini telah terbukti membantu masyarakat di wilayah distribusi Jabar sehingga terbiasa menggunakan jasa tersebut," katanya.

    Dia mengungkapkan pada 2007 dari total 7,5 juta pelanggan rumah tangga PLN di Jabar, sudah lebih dari 5,9 juta pelanggan yang membayar tagihan listriknya melalui sistem ini.

    "Kami juga berterima kasih telah diberi kesempatan sebagai bank pertama yang ditunjuk untuk melayani pelanggan listrik prabayar," katanya.

    Mengenai layanan terbaru, kata dia, yaitu listrik prabayar merupakan cara baru pembelian energi listrik di mana pelanggan membayar listrik sebelum menggunakan atau transaksi dengan pembayaran di muka.

    Direktur Utama PLN Eddie Widiono, mengatakan cara pembayaran listrik prabayar ini akan memberikan kesempatan bagi pelanggan PLN dalam mengendalikan dan mengatur pemakaian listrik per bulannya.

    Dia menambahkan mekanisme yang diterapkan ini merupakan suatu terobosan yang sangat tepat dan cerdik dalam mengantisipasi peningkatan permintaan berlangganan listrik. (k38)

    Bisnis Indonesia

    Senin, 14 Januari 2008

    Pelambatan Ekonomi AS dan Jepang guncang Asia

    Ekonomi Global
    Selasa, 15/01/2008
    Pelambatan ekonomi AS dan Jepang guncang Asia
    JAKARTA: Goldman Sachs Group Inc memerkirakan pertumbuhan ekonomi Asia (di luar Jepang) pada 2008 melambat menjadi 8,3%, dari proyeksi semula 8,6%, akibat penurunan laju perekonomian Amerika Serikat yang mengarah pada resesi.

    Perekonomian AS yang memburuk diperkirakan akan mempengaruhi perekonomian seluruh kawasan, terutama Asia, karena sebagian besar perekonomian negara-negara di Asia sangat tergantung pada ekspor, di mana 60% transaksi ekspor berasal dari pasar AS, Eropa, dan Jepang.

    "Diperkirakan ada titik petunjuk di mana pelambatan ekonomi AS mempunyai dampak yang lebih signifikan Pelambatan ekonomi AS semakin berlanjut karena Jepang juga berada di ambang resesi," tulis Michael Buchanan, analis Goldman, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

    Dalam laporan tersebut, Goldman memperkirakan 50% peluang terjadinya resesi di Jepang. Di samping itu, Goldman juga menurunkan proyeksi pertumbuhan 10 negara di kawasan tersebut, termasuk China dan India.

    "Kami memperkirakan peluang terjadinya resesi di Jepang meningkat ke level 'berbahaya'. Kami memperkirakan Jepang akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari ekspektasi yang ada," tutur Tetsufumi Yamakawa, kepala ekonom Goldman untuk Jepang.

    Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang Toshiro Muto mengungkapkan dirinya memperkirakan pelambatan ekonomi akan terjadi untuk sementara waktu.

    Sementara itu, perekonomian China diperkirakan hanya mampu tumbuh 10% atau lebih rendah dibandingkan dengan prediksi semula 10,3%. Goldman juga menurunkan proyeksi pertumbuhan India pada 2008, dari 8% menjadi 7,8%.

    "Secara keseluruhan, penurunan prediksi tersebut cukup signifikan, tetapi tidak membahayakan. Secara umum, dampak pada nilai tukar mata uang diperkirakan terbatas, kendati pasar ekuitas diperkirakan akan lebih volatile," jelas Buchanan.

    Sebaliknya, Komisi Sosial dan Ekonomi PBB untuk Asia Pasifik (ESCAP) memperkirakan perekonomian Asia Pasifik akan tetap kuat, kendati berada di tengah ketidakpastian pertumbuhan global yang dipengaruhi oleh pelambatan ekonomi AS.

    Dalam laporan ESCAP bertajuk Key Economic Developments and Prospects in Asia-Pacific Region 2008 yang dirilis pekan lalu, sepanjang 2007 negara-negara berkembang di kawasan tersebut tetap memperlihatkan kinerja yang baik dengan tumbuh 8,2%.

    Pada tahun ini, ESCAP memperkirakan perekonomian Asia Pasifik akan sedikit melambat menjadi 7,8%. (03)

    Oleh Nana Oktavia Musliana
    Bisnis Indonesia

    Gali Peluang di Asia Tenggara

    Ekonomi Global
    Selasa, 15/01/2008
    KANAL
    'Gali peluang di Asia Tenggara'
    JAKARTA: Pemerintah Inggris menyerukan agar perusahaan skala menengah menggali peluang perdagangan negara-negara dengan pertumbuhan tinggi, termasuk sejumlah negara di Asia Tenggara.

    Menteri Negara untuk Perdagangan dan Investasi Inggris Lord Digby Jones mengungkapkan adanya ribuan perusahaan skala menengah yang sesungguhnya memiliki kemampuan serta pengalaman untuk melakukan ekspor.

    "Tapi sayangnya mereka tidak memahami kesempatan komersial tersebut atau bagaimana melakukan bisnis di sana," tuturnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Bisnis baru-baru ini.

    Untuk itu, lanjutnya, pemerintah Inggris ingin membantu perusahaan tersebut mengembangkan usahanya di pasar-pasar tersebut. (Bisnis/nom)

    India & China jajaki FTA

    Ekonomi Global
    Selasa, 15/01/2008
    KANAL
    India dan China jajaki FTA
    BEIJING: Perdana Menteri India Manmohan Singh melakukan kunjungan kerja ke China-pertama kalinya sejak menduduki posisi PM pada 2004-untuk membahas kemungkinan kesepakatan perdagangan bebas (FTA) antara kedua negara.

    India ingin memperkuat hubungan bilateral dengan China. Saat ini, China merupakan rekan dagang terbesar ketiga bagi India-setelah Uni Eropa dan AS, di mana nilai perdagangan antara kedua negara meningkat hingga dua kali lipat menjadi US$37 miliar dalam dua tahun terakhir.

    "Kebangkitan China dan India seharusnya dipandang baik oleh komunitas global, mengingat pertumbuhan kedua negara memberikan peluang bagi pertumbuhan global yang berkelanjutan," ucap Singh, sesaat setelah kedatangannya di Beijing.

    Saat ini, Singh tengah menghadapi tekanan dari perusahaan-perusahaan India untuk membebankan kewajiban khusus bagi impor dari China. (Bloomberg/03)

    Minggu, 13 Januari 2008

    David Ciang

    Selamat pagi, Bapak Subur Harahap

    Saya seringkali mendapatkan email yang isinya kurang lebih seperti ini:

    "Pak David, saya ingin sekali berinvestasi seperti yang Anda sebutkan dalam artikel Anda. Tetapi setiap bulan seluruh pendapatan saya habis hanya untuk berbelanja. Bagaimana caranya agar saya dapat menyisakan sebagaian uang saya untuk investasi?"

    Sebenarnya ini adalah pertanyaan yang bagus sekali. Pertanyaan ini mewakili bagian inti dari ilmu pengelolaan keuangan pribadi atau keluarga.

    Apabila Bapak Subur Harahap pernah membaca Finansial Revolution, mungkin Anda masih ingat ada 3 tahap yang diajarkan oleh Tung Desem Waringin untuk mencapai finansial freedom:
    1. Berbelanja lebih sedikit daripada pendapatan (gaji).
    2. Menginvestasikan selisihnya.
    3. Menginvestasikan kembali pokok dan bunga investasi untuk
    pertumbuhan bunga majemuk.
    Disini kita lihat bahwa ilmu dasar untuk mencapai finansial freedom adalah Anda harus dapat mengatur pengeluaran Anda supaya selalu lebih kecil dari pada pendapatan. Setelah itu barulah Anda akan mendapatkan sejumlah uang untuk diinvestasikan.
    Bila Anda gagal di tahap 1, Anda tidak bisa melangkah ke tahap-tahap berikutnya.

    Dalam ebook panduan "Keuangan Pribadi: Resep Rahasia Dibalik Kesuksesan Kaum Kaya" yang dijual hanya secara online di:
    http://www.keuanganpribadi.com?id=effi
    saya menuliskan 3 langkah besar untuk menjadi kaya.
    Langkah-langkahnya kurang lebih sama dengan ajaran TDW, yaitu:

    1. Memotivasi diri Anda. Dalam langkah ini Anda membuang pikiran-pikiran negatif yang menghalangi Anda dari jalan menuju kekayaan. Ingat, Anda tidak dilahirkan untuk menjadi miskin.
    Meminjam kata dari Andrie Wongso, "Sukses adalah Hak Saya".

    2. Memberdayakan Dana. Langkah ini adalah jawaban dari pertanyaan diatas. Dalam langkah ini Anda diajarkan untuk mengoptimalkan penggunaan uang Anda, sehingga pendapatan Anda akan menjadi lebih besar daripada pengeluaran. Disini Anda akan mendapatkan sisa uang yang dapat diinvestasikan untuk tahap berikutnya.

    3. Melipatgandakan Kekayaan. Disini saya menuliskan berbagai macam produk investasi dengan konsep compound interest (bunga majemuk). Konsep bunga majemuk adalah sama dengan langkah kedua dan langkah ketiga pada ajaran TDW, yaitu Anda menginvestasikan sejumlah uang. Kemudian Anda menginvestasikan ulang pokok dan bunga investasi Anda sebelumnya. Sehingga bunga yang Anda dapatkan dari investasi dapat turut berbunga. Dengan menggunakan konsep ini, maka Anda dapat melipatgandakan nilai investasi Anda.

    Ilmu dasar dari pengelolaan keuangan pribadi atau keluarga terletak pada langkah kedua. Memberdayakan Dana. Dalam langkah inilah Anda mendapatkan jawaban dari pertanyaan di atas.

    Apakah jawabannya? Kunci jawabannya adalah "Budgeting".
    Dalam proses budgeting, Anda membuat anggaran pendapatan dan belanja Anda. Biasanya secara bulanan. Kemudian, Anda secara disiplin mengatur pengeluaran Anda pada bulan tersebut agar sesuai dengan anggaran Anda.

    Contohnya, misalkan saja pendapatan Anda adalah dari gaji, yaitu Rp. 4.500.000,-

    PENDAPATAN:
    Gaji Rp. 4.500.000,-
    ==================================
    TOTAL PENDAPATAN Rp. 4.500.000,-

    Dari total pendapatan tersebut, bagikan jatah untuk pos-pos pengeluaran Anda. Ingat, Anda harus menyisakan minimal 10% dari total pendapatan Anda untuk TABUNGAN. Tabungan inilah yang nantinya akan digunakan untuk berinvestasi.


    BELANJA
    Makanan/Kebutuhan Harian Rp. 1.500.000,-
    Pakaian Rp. 300.000,-
    Pendidikan Rp. 500.000,-
    Kesehatan Rp. 300.000,-
    Rekreasi Rp. 500.000,-
    Transportasi Rp. 300.000,-
    Asuransi Rp. 250.000,-
    Tabungan Rp. 450.000,-
    Pembayaran Kredit Rp. 500.000,-
    Lain-lain Rp. 400.000.-
    =========================================
    TOTAL BELANJA Rp. 4.500.000,-

    Setelah Anda mengatur anggaran Anda, maka jalanilah secara disiplin bulan tersebut agar sesuai dengan anggaran. Apabila Anda menjatahkan pos pengeluaran untuk pakaian sebesar Rp. 300.000,-, maka Anda harus konsisten dalam berbelanja.
    Dalam memilih pakaian, Anda tidak boleh membeli yang lebih mahal dari secara total Rp. 300.000,-. Dan apabila Anda sudah membelanjakan seluruh jatah pakaian Anda, maka Anda sudah tidak boleh membeli pakaian lagi pada bulan yang sama.

    Sekian artikel dari saya untuk hari ini. Apabila Bapak Subur Harahap tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai "Budgeting", silahkan membaca ebook panduan keuangan pribadi saya, yang hanya dijual secara online di:
    http://www.keuanganpribadi.com?id=effi

    Regards,


    David Ciang
    http://www.keuanganpribadi.com?id=effi
    Situs ini diperkenalkan oleh Effi Setiawati



    Untuk mengubah alamat email, atau berhenti berlangganan email dari saya, cukup klik link di bawah ini:
    http://www.keuanganpribadi.com/news_profil.php?pid=2075&email=accounting@derazona.com

    Senin, 07 Januari 2008

    Globalisasi, Liberalisasi, Proteksi, Subsidi dan Berkeley Mafia

    Globalisasi, Liberalisasi, Proteksi, Subsidi dan Berkeley Mafia
    Kamis, 27 Desember 07

    Ada tiga buah berita menarik yang mungkin merupakan pertanda akan terjadinya perubahan dalam kebijakan-kebijakan dasar banyak negara kecuali Indonesia.

    HILLARY CLINTON

    Yang pertama pernyataan calon presiden Amerika Serikat (AS) terkuat Hillary Clinton yang dikutip oleh Financial Times tanggal 3 Desember 2007. Butir-butirnya sebagai berikut.

    Saya berpendapat bahwa teori-teori yang melandasi perdagangan bebas tidak berlaku lagi dalam era globalisasi. Saya setuju dengan ekonom terkenal Paul Samuelson yang mengatakan dan menulis bahwa keunggulan komparatif seperti yang sampai sekarang dipahami dan diyakini tidak berlaku lagi dalam abad ke 21.

    Saya menginginkan adanya kebijakan perdagangan yang menyeluruh dan lebih cermat, karena kalau tidak, pilihan kita hanyalah meneruskan apa saja yang telah dirumuskan dan dilakukan oleh Preiden George W Bush. (baca : liberalisasi total).

    Dalam kampanyenya Hillary merasakan adanya sikap dari masyarakat yang tidak percaya atau ragu-ragu tentang manfaat dari ekonomi global yang terbuka.

    Hillary menyatakan akan meninjau kembali perjanjian perdagangan NAFTA, walaupun yang menandatanganinya di tahun 1993 adalah suaminya sendiri.

    Menyatakan keprihatinannya dan sikap siaga terhadap pembelian perusahaan-perusahaan Amerika oleh pemerintah asing melalui BUMN-nya, termasuk China. Fenomena ini merupakan ancaman bagi kedaulatan ekonomi AS.

    Di dalam negeri, Hillary akan menangani ketimpangan yang menurutnya luar biasa besarnya, karena sudah mencapai “the highest level” yang pernah dialami AS sejak tahun 1929. Dalam kurun waktu tersebut seluruh pertumbuhan ekonomi dinikmati oleh 10 % rakyat yang berpendapatan tinggi, sedangkan pendapatan yang 90 % lainnya menurun terus.

    (KKG : Bandingkan sikap Hillary dengan pendirian dan sikap serta kebijakan konkret dari menteri-menteri ekonomi kita)

    MAJALAH THE ECONOMIST

    Majalah prestisius The Economist terbitan tanggal 8 Desember 2007 meluncurkan cover story dengan judul “The end of cheap food”. Butir-butirnya sebagai berikut.

    Antara 1974 – 2005 harga riil makanan di pasar dunia turun dengan 75 %. Karena itu harga makanan tahun ini dirasakan sebagai sangat luar biasa tingginya. Sejak musim semi, harga gandum meningkat dua kali lipat, dan harga semua jenis makanan seperti jagung, susu, minyak nabati semuanya meningkat tajam dalam harga nominalnya. Menurut The Economist Food Price Index, sejak tahun 2005 harga riil makanan meningkat dengan 75 %. Naiknya harga ini akan memicu investasi, tetapi dalam kondisi yang diistilahkan “agflation”, harga makanan masih akan tetap mahal. Ini disebabkan karena susunan diet juga berubah. Penduduk China yang di tahun 1985 makan daging sebanyak rata-rata 20 kg, sekarang menjadi 50 kg. Akibatnya, permintaan dan harga biji-bijian naik tajam. Untuk memproduksi 1 kg. daging dibutuhkan 8 kg. biji-bijian.

    Kenaikan harga makanan yang tajam ini karena kebijakan subsidi oleh pemerintah AS yang membabi buta (reckless) untuk produksi ethanol berdasarkan jagung. Mengisi tangki sebuah mobil tipe SUV sama dengan jagung yang dimakan oleh seorang selama satu tahun. 30 juta ton jagung yang dikonversi menjadi ethanol tahun ini saja merupakan 50 % dari menurunnya stok jagung di seluruh dunia.

    (KKG : Ternyata pemerintah AS memberikan subsidi yang menurut majalah Economist reckless. Bagaimana sikap para sarjana ekonomi kelompok Berkeley Mafia yang begitu anti subsidi untuk para petani dan nelayannya ?)

    Walaupun harga makanan ditentukan oleh permintaan dan penawaran, keseimbangan antara yang baik dan yang jahat tetap banyak tergantung pada kebijakan pemerintah. Kalau para politisi tidak melakukan apa-apa, atau melakukan hal-hal yang salah, dunia akan mengalami kesengsaraan yang lebih hebat, terutama mereka yang tinggal di perdesaan. (KKG : Menurut Berkeley Mafia : The best government is the least government. Mereka juga sering guyonan dengan maksud serius yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi paling cepat di malam hari, ketika pemerintah sedang tidur.

    Menurut majalah The Economist, peran politik para politisi sangat penting dalam merumuskan kebijakan ekonomi. Para ekonom Berkeley Mafia beranggapan dan bangga bahwa mereka selalu berhasil mensterilkan kebijakan-kebijakannya dari ideologi politik. Mereka tidak mau disebut “politisi” walaupun dalam arti “negarawan penyelenggara negara”. Mereka bangga disebut “tukang” atau “teknokrat”. Dan yang sangat aneh, Bapak SBY-JK bangga mempunyai menteri-menteri ekonomi yang sama sekali tidak mempunyai afiliasi politik, karena sikapnya yang anti politik dalam kebijakan ekonomi itu dipuji oleh IMF, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Padahal SBY-JK berasal dan menjadi pimpinan nasional karena kekuatan politik.

    Apapun yang dirasakan sebagai ancaman dalam bidang keamanan pasokan makanan, kemiskinan di perdesaan, pengelolaan lingkungan, rasanya dunia hanya mempunyai satu solusi, yaitu intervensi oleh pemerintah.

    (KKG : Bapak SBY-JK, ini berlawanan dengan pikiran menteri-menteri ekonomi yang mempunyai paham bahwa tidak ada barang dan jasa publik di Indonesia. Semuanya harus merupakan barang dagangan yang pengadaannya tergantung dari para pengusaha yang mau atau tidak maunya berinvestasi didasarkan atas pertimbangan untung rugi. Tengok kebijakannya dalam pembangunan jalan raya bebas hambatan, telekomunikasi, infra struktur, air minum, litsrik, pelabuhan dan masih banyak lagi).

    Bagian terbesar dari subsidi dan rintangan perdagangan oleh pemerintah AS telah merupakan biaya yang raksasa skalanya. Trilyunan dollar yang dipakai untuk mendukung para petani di negara-negara kaya menjurus pada pajak yang meningkat, kwalitas makanan yang jelek, monokultur dalam pertanian yang intensif, kelebihan produksi dengan harga dunia yang menghancurkan kehidupan para petani miskin di emerging markets. (KKG : Ternyata mereka memberikan subsidi gila-gilaan ? Menteri-menteri kita merasa bahwa bensin milik rakyat tidak boleh dijual kepada rakyat dengan harga yang lebih rendah dari yang ditentukan oleh NYMEX. Perbedaannya disebut subsidi yang diharamkan. Di negara-negara kaya subsidi diberikan secara reckless.)

    Tiga perempat dari orang miskin di dunia hidup di perdesaan. Harga makanan internasional yang ditekan serendah mungkin dengan subsidi bertrilyun dollar selama berpuluh-puluh tahun mempunyai dampak yang sangat merusak. Bagian dari pengeluaran publik di negara-negara berkembang yang dialokasikan pada sektor pertanian turun 50 % sejak tahun 1980. Sudah lama investasi dalam irigasi hampir tidak ada. Negara-negara miskin yang biasanya mengekspor makanan sekarang harus mengimpornya.

    ROBERT J. SAMUELSON

    Majalah Newsweek terbitan 31 Desember – 7 Januari 2008 memuat tulisan kolumnis Robert J. Samuelson yang berjudul “Goodbye to Global Free Trade”. Dia mengawali tulisannya dengan semacam teka-teki. Dia bertanya, apa yang sama dari yang berikut ini : (a) Vladimir Putin; (b) mata uang China, renminbi; (c) Perjanjian perdagangan US-Peru; (d) Hugo Chavez. Jawabnya : Mereka semuanya merefleksikan mercantilisme.

    Butir-butir dari tulisannya sebagai berikut.

    Yang di atas menggambarkan perkembangan runyam dan signifikan yang akan mempengaruhi ekonomi dunia. Walaupun perekonomian negara-negara di dunia saling interdependen, mereka sekaligus juga berkembang ke arah nasionalistik. Mereka memberlakukan kebijakan yang menguntungkan dirinya sendiri atas biaya bangsa-bangsa lain.

    (KKG : Tidak begitu di Indonesia. Di sini, oleh elit bangsa yang berkuasa nasionalisme dianggap sudah kuno, keblinger dan buta terhadap perkembangan dunia).

    25 % dari pasokan gas Eropa datang dari Russia. Vladimir Putin sudah mulai berbicara tentang pembentukan Kartel Gas. Eropa mulai khawatir bahwa gas akan dijadikan alat penekan oleh Putin. Chavez lebih terang-terangan dan kasar. Chavez menjual minyaknya kepada Cuba dan negara-negara Amerika Latin lainnya yang dianggap sebagai sahabat dengan harga murah. (KKG : Indonesia menjual kepada rakyatnya sendiri yang memiliki minyak dengan harga yang ditentukan oleh NYMEX).

    Terjadi sebuah paradox. Internet dan perusahaan-perusahaan multinasional memperkuat globalisasi, tetapi landasan politiknya melemah.

    Dalam memberikan penjelasannya, Samuelson mengutip ilmuwan ilmu politik dari Harvard University, Jeffrey Frieden. Frieden menjelaskan bahwa munculnya liberalisasi bersamaan dengan krisis tahun 1929. Waktu itu ada kepercayaan bahwa proteksionisme memperparah the Great Depression (1929). Faktor kedua adalah perang dingin. Ada keyakinan bahwa komunisme dapat dilawan dengan saling mensejahterakan negara-negara Barat melalui perdagangan bebas. Kedua-duanya menunjang kebijakan perdagangan bebas. Sekarang kedua faktor tersebut tidak relevan lagi.

    Ekonomi dunia yang sedang dalam kondisi booming ternyata juga membuat paham liberalisme melemah. China yang dianggap sebagai negara yang proteksionis dapat membungkam negara-negara Barat dengan pembelian besar-besaran. Negara-negara Barat tidak terlampau nyaring suaranya melawan China, karena disodori oleh China dengan order-order raksasa. Belum lama ini China memesan 160 pesawat Airbus senilai US$ 15 milyar. (KKG : Beberapa hari setelah Morgan Stanely mengumumkan kerugiannya di tahun 2007 sekitar US$ 11 milyar, China membeli saham-saham Morgan Stanley sebanyak 8 % dengan harga US$ 5 milyar. Ini terjadi setelah Hillary Clinton menyatakan kejengkelannya terhadap pembelian perusahaan Amerika oleh BUMN asing.)

    (KKG : Alangkah bedanya dengan menteri-menteri Berkeley Mafia kita yang mengemis supaya investor asing, tanpa peduli apakah mereka BUMN atau tidak, membeli apa saja di Indonesia, termasuk yang vital seperti Indosat, Telkom, infra struktur, pembangkit listrik, air bersih, menggali mineral dengan kontrak yang tidak transparan).

    Di Amerika Serikat, pola perdagangan global dewasa ini disikapi dengan permusuhan (hostility) yang meningkat.

    BERKELEY MAFIA

    Buat para ekonom Berkeley Mafia, semua yang ditulis di atas omong kosong. Kebijakan mereka hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa peduli terjadinya ketimpangan yang semakin besar dan semakin anti kemanusiaan antara yang kaya dan miskin, antara perkotaan dan perdesaan, antara usaha besar dan menengah-kecil dan sebagainya. Mereka juga tidak membedakan antara Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB). Mineral yang dikeduk oleh investor asing dan menjadi miliknya dihitung ke dalam PDB, tetapi tidak ke dalam PNB. Yang dibanggakan oleh para teknokrat Berkeley Mafia bukan pembangunan oleh bangsa Indonesia, tetapi pembangunan di Indonesia oleh investor asing dengan manfaat terbesar buat bangsa asing (Sri-Edi Swasono).

    Sejak tahun 1967 para ekonom memegang tampuk pimpinan kebijakan ekonomi tanpa putus kecuali era Gus Dur yang sangat pendek itu. Begitu kepresidenan jatuh ke tangan putrinya Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, seluruh kekuasaan ekonomi diberikan kepada Berkeley Mafia. Sehari sebelum susunan kabinet diumumkan, putra kandung Bung Karno, Guruh Soekarnoputra bersama-sama dengan saya berdebat dengan Presiden Megawati yang mempertanyakan mengapa para ekonom yang Berkeley Mafia, dan jelas bertentangan dengan pikiran-pikirannya Bung Karno dan pikiran-pikirannya PDIP yang justru diberi kekuasaan ekonomi ? “Gugatan” ini tidak diugbris. Di bawah pimpinan para menteri Berkeley Mafia, semua kebijakan ekonominya memang mengekor IMF, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang anti rakyat kecil. Apakah ini yang menyebabkan terpuruknya perolehan suara PDIP yang belakangan ini diakui oleh Taufik Kiemas dan Puan Maharani ?

    Semua kerusakan keuangan negara dari BLBI beserta rentetannya yang membuat keuangan negara bangkrut dilandasi oleh kebijakan-kebijakan menteri-menteri yang berasal dari Berkeley Mafia. Kalau ada kebutuhan dan diizinkan oleh Redaksi KoranInternet saya akan memaparkannya secara panjang lebar dalam bentuk serial, dan secara teknis yang mendetil.

    Sekarang, ketika tokoh-tokoh dunia mulai tidak percaya pada pengaruh positif globalisasi dan liberalisasi, dan sedang mencari-cari jalan lain, Berkeley Mafia masih menganggap liberalisasi yang sejauh-jauhnya dan yang sedalam-dalamnya sebagai “agama”. Demikian juga dengan mekanisme pasar primitif dengan campur tangan pemerintah yang palig minimal.

    Ruud Lubbers, guru besar di Harvard University dalam bidang Globalisasi telah lama mengenali kelemahan mendasar dari globalisasi. Pada dasarnya globalisasi adalah mekanisme pasar yang diterapkan di seluruh dunia. Kita mengetahui bahwa mekanisme pasar memang sangat bagus dan efisien serta tidak ada tandingannya. Tetapi harus ada pemerintah dengan kekuasaan yang dapat memaksa untuk membuat rambu-rambu yang menjaga agar pemerataan dan keadilan terwujud secara optimal.

    Dunia belum dan rasanya tidak akan mempunyai satu pemerintah yang mempunyai kekuasaan memaksa seluruh umat manusia di dunia. Tetapi mekanisme pasarnya harus diberlakukan secara mutlak di seluruh dunia. Mana mungkin ? Tampaknya ketegangan-ketegangannya mulai muncul sekarang seperti yang disuarakan oleh Hillary Clinton, Paul Samuelson, Robert Samuelson dan majalah The Economist.

    Sekali lagi petanyaan kepada Bapak SBY-JK : Masih percayakah Bapak-Bapak pada menteri-menteri ekonomi Bapak bahwa mereka memang cemerlang dalam bidang pengurusan ekonomi negara ? Mereka ini mesti menguasai kebijakan ekonomi RI, siapapun Presidennya. Maka mereka tidak peduli dan tidak mau tau tentang arah kebijakan yang pro bangsa sendiri, apalagi pro rakyat banyak. Mereka mempunyai track record yang panjang dengan sikap dan perilaku yang hanya mengekor saja pada IMF, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia.
    ___________

    Kwik Kian Gie

    Interpelasi BLBI kepada SBY salah alamat


    Interpelasi BLBI kepada SBY salah alamat
    Jumat, 04 Januari 08

    DPR mencapai kesepakatan bulat (aklamasi) untuk meng-interpelasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

    Yang sangat aneh, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada SBY juga harus disepakati secara aklamasi. Apa mungkin pertanyaan-pertanyaan yang serius tentang masalah yang demikian ruwetnya merupakan kesepakatan bulat oleh seluruh fraksi, sedangkan banyak di antaranya fraksi pendukung SBY?

    Pertanyaan yang dapat diajukan seputar BLBI ada tiga macam, yaitu:

    Yang pertama, tentang duduk persoalan atau keseluruhan hal ikhwal BLBI dan rentetan kebijakan sebagai akibat dari pengucuran BLBI secara besar-besaran.

    Yang kedua, mengapa kebijakan-kebijakan yang begitu bodoh, begitu konyol, begitu tidak masuk akal serta begitu merugikan keuangan negara dalam skala raksasa bisa diberlakukan oleh para teknokrat yang begitu tinggi pendidikannya?

    Yang ketiga, apakah kesalahan-kesalahan fatal lainnya bisa terjadi di kemudian hari kalau orang-orang yang ikut mengambil keputusan atau ikut menyetujui serta mendukung pengambilan kebijakan yang sangat bodoh dan praktis telah membangkrutkan keuangan negara itu, sekarang duduk dalam pemerintahan?

    Marilah kita bahas seluruh permasalahannya dan kita perdebatkan sebelumnya, supaya interpelasi lebih terarah.


    Kronologi malapetaka yang dimulai dengan Pakto
    Gubernur Bank Indonesia (BI) Adrianus Mooy memberlakukan Kebijakan Paket Oktober 1988 yang terkenal dengan nama Paket Oktober atau PAKTO. Isinya meliberalisasi dunia perbankan secara total dan spektakuler. Dengan modal disetor sebesar Rp 10 miliar orang boleh mendirikan bank umum.

    Serta merta sekitar 200 bank baru lahir. Mayoritas pendiri adalah konglomerat yang menjadinya konglomerat melalui tipu muslihat seperti yang digambarkan oleh serial artikel saya dengan judul “Saya Bermimpi Jadi Konglomerat”.

    Mereka tidak mengerti fungsi pokok perbankan sebagai lembaga intermediasi yang mengkonversi tabungan menjadi investasi yang produktif. Mereka juga tidak mengerti bahwa persyaratan pokok bekerjanya bank yalah prudence. Tetapi mereka pandai dalam bidang marketing.

    Maka bank yang baru berdiri sangat berhasil dalam meyakinkan para penabung agar tidak menyimpan tabungannya di bawah bantal, tetapi disimpan di bank-bank mereka. Semua teknik marketing dipakai untuk menarik uang masyarakat. Mereka berhasil dengan gemilang.

    Dengan modal disetor Rp 10 miliar mereka dapat menghimpun dana triliunan rupiah. Mereka terkejut, mereka tidak paham sama sekali bahwa dana itu milik masyarakat. Mereka tidak paham bahwa laba bank terdiri dari spread yang tipis, resiko kredit macet besar, sehingga dibutuhkan mental kehati-hatian serta etika yang khusus.

    Mereka mata gelap. Uang dipakai seenaknya sendiri untuk memberi kredit kepada dirinya sendiri secara besar-besaran yang dipakai untuk membentuk konglomerat.

    Maka kreditnya banyak yang macet di tangannya sendiri. Tetapi karena bank miliknya, maka dengan mudah laporan keuangan dapat direkayasa sampai terlihat bagus dan sehat.

    Tahun 1997 Indonesia terkena krisis moneter yang parah. Maka Indonesia menggunakan haknya sebagai anggota minta bantuan dari IMF. Tidak terduga sebelumnya bahwa IMF lebih merusak dan menghancur leburkan keuangan negara.


    Penutupan bank, Rush dan penghentiannya dengan BLBI
    IMF tidak berpikir panjang ketika mengetahui bahwa bank-bank sangat kropos karena disalahgunakan oleh pemiliknya sendiri, 16 bank yang paling parah ditutup mendadak. Pemilik uang yang mempercayakannya pada bank-bank yang ditutup itu tentu terkejut dan marah, karena laporan keuangan bank yang diiklankan sangat sehat.

    Dua hari kemudian berturut-turut bank-bank lain yang tidak ditutup di-rush. IMF beserta menteri-menteri koroninya panik. Rush harus dihentikan dengan biaya berapa saja.

    Dalam beberapa hari Likuiditas yang dikeluarkan oleh BI untuk menghentikan rush sebesar Rp 144 triliun. Menurut BPK sekitar 90 % dari uang ini tidak dapat dipertanggungjawabkan.

    Setelah rush berhenti, penelitian meyakinkan bahwa pemilik bank tidak mungkin mengembalikan BLBI, karena dana milik masyarakat yang ditarik kembali dengan rush diinvestasikan pada perusahaan-perusahaan.

    Pelunasan BLBI dengan menyerahkan kepemilikan bank kepada pemerintah
    Maka BLBI dikonversi menjadi saham-saham. Serta merta Pemerintah mempunyai hampir 200 bank. Sebagai contoh, saldo utang BLBI oleh BCA kepada pemerintah sebesar Rp 32 triliun. BCA telah melakukan pembayaran cicilan sebesar Rp 8 triliun, sehingga sisanya Rp 24 triliun, yang tidak mampu dibayar oleh pemegang sahamnya BCA atau keluarga Salim. Pelunasan utang BLBI dibayar dengan 93 % saham-sahamnya BCA. Maka pemerintah memiliki 93 % BCA. (Pembayaran bunga juga telah dilakukan dengan tingkat suku bunga 7 % yang berlaku ketika itu sebesar Rp 8,3 triliun, tetapi jumlah ini tidak mengurangi jumlah pokok yang terutang).

    Dengan demikian utang keluarga Salim dalam bentuk BLBI sudah dibayar lunas dengan kehilangan 97 % dari kepemilikannya di BCA. Jadi BLBI sudah selesai sampai di sini.

    Kerugian negara dalam skala raksasa yang kemudian menjadi keresahan bukan BLBI, tetapi urusan lain lagi yang akan diuraikan selanjutnya.


    Para pemegang saham bank yang sudah menjadi milik pemerintah sebagai pelunasan BLBI masih mempunyai utang dalam jumlah yang lebih besar, yang penyelesaiannya merugikan keuangan negara
    Bank-bank yang sudah menjadi milik pemerintah mempunyai piutang dalam jumlah besar kepada perusahaan-perusahaan yang dimiliki mantan pemilik bank.

    Seperti telah diuraikan tadi, selama berpuluh tahun, para pemilik bank memberi kredit kepada dirinya sendiri dalam jumlah sangat besar yang dipakainya untuk mendirikan perusahaan-perusahaan.

    Ketika bank menjadi milik pemerintah karena dipakai sebagai pembayaran utang BLBI, dengan sendirinya bank qq, pemerintah qq, BPPN mempunyai tagihan kepada mantan pemilik bank tersebut.

    Mantan pemilik bank tidak mempunyai uang tunai untuk membayarnya. Pemerintah minta supaya dibayar dengan perusahaan-perusahaan atau asset apa saja.

    Pemilik bank mengambil kredit dari banknya sendiri dalam bentuk tunai, tetapi dibiarkan membayar dengan perusahaan-perusahaan dan aset apa saja, bahkan hanya tandatangannya saja.

    Inilah yang menjadi awal malapetaka, karena menilai perusahaan bukan hal yang mudah dan eksak. Sangat tergantung dari berbagai macam asumsi dan sangat tergantung dari kondisi ekonomi pada umumnya yang berubah-ubah dalam perjalanan waktu, terutama karena kondisinya sedang dalam krisis.


    MSAA, MRNIA dan PKPS-APU
    Perjanjian antara pemerintah dengan para mantan pemilik bank beragam, karena kondisi keuangan mereka juga beragam. Ada tiga pola, yaitu:

    Master of Settlement and Acquisition Agreement (MSAA) bagi debitur/obligor yang mempunyai cukup perusahaan untuk membayar utang-utangnya.

    Master Refinancing and Notes Issuance Agreement (MRNIA) untuk mereka yang nilai perusahaannya tidak cukup untuk membayar utangnya, dan kekurangannya harus dijamin pembayarannya dengan jaminan pribadi.

    Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham – Akta Pengakuan Utang (PKPS-APU). Perjanjian ini dibuat untuk mencapai kesepakatan penyelesaian kewajiban yang harus ditanggung oleh pemilik saham pengendali atas kerugian bank mereka akibat praktek perbankan yang tidak wajar serta pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Penyelesaian ini tidak melalui penyerahan aset.

    Tidak mungkin membahas problematiknya satu per satu karena menyangkut demikian banyaknya orang. Setiap orang mempunyai model penyelesaian tertentu yang khas. Tingkat kemauan baik dan itikad kerja samanya juga sangat berbeda. Dari yang langsung membayar tunai seluruh utangnya sampai yang langsung kabur ke luar negeri dan sampai sekarang menjadi buron.

    Berbagai macam Obligor (yang punya utang kepada pemerintah berhubung dengan banknya yang mengalami kesulitan) dengan berbagai macam model upaya penyelesaian oleh BPPN adalah sebagai berikut: 5 dengan MSAA, 4 dengan MRNIA, 30 dengan PKPS-APU, 30 Obligor yang tidak menandatangani PKPS-APU yang pada umumnya kasusnya dilimpahkan kepada aparat penegak hukum atau sedang dalam proses penyidikan, dan 5 dengan penyelesaian pembayaran tunai.

    Kerugian negara dalam jumlah sangat besar
    Ada dua macam kerugian negara dalam jumlah yang sangat besar, yaitu:

    1. Perusahaan atau kekayaan lain yang diserahkan oleh Obligor kepada pemerintah sebagai pembayaran utang mereka, hasil penjualannya jauh lebih kecil dari nilai utangnya. Selisihnya adalah kerugian negara yang setiap tahunnya mempengaruhi APBN. Fokus perhatian masyarakat hanya pada yang ini saja, yaitu mengapa pemerintah menerima asset sebagai pelunasan utang, tetapi pemerintah sendiri juga yang menjual dengan harga yang jauh lebih kecil dari nilai utangnya. Kejaksaan Agung baru sempat mendalami dua kasus besar, yaitu BCA dan BDNI.

    2. Kerugian negara dalam bentuk Surat Utang Negara untuk merekapitalisasi bank-bank atau yang dikenal dengan Obligasi Rekap yang disingkat OR.

    Penutup
    Masalah BLBI sangat banyak komponen dan aspeknya. Tulisan ini merupakan yang pertama yang akan disusul dengan tulisan-tulisan lainnya yang merupakan serial. Rangkumannya sebagai berikut:

    Asal muasalnya adalah liberalisasi total dan spektakuler dunia perbankan dengan Paket Oktober 1988 atau PAKTO yang langsung saja disalahgunakan oleh para konglomerat hitam.

    Ketika terkena krisis, kerusakan bank yang dirong-rong oleh pemiliknya sendiri terkuak. IMF memberi nasihat-nasihat yang ngawur dan merusak. 16 bank ditutup, semua bank lainnya di-rush yang dipadamkan dengan BLBI.

    BLBI telah dibayar lunas dengan menyerahkan kepemilikan banknya kepada pemerintah. Ada yang banknya sudah ludes, sehingga utangnya dijadikan satu dengan utang dari masalah lainnya, seperti kasus BDNI.

    Bank-bank yang sudah menjadi milik pemerintah ternyata mempunyai tagihan dalam jumlah besar kepada para mantan pemiliknya, karena berpuluh tahun lamanya dirong-rong dengan memberikan kredit kepada dirinya sendiri. Utangnya ini dibayar dengan aset yang ketika dijual menghasilkan uang yang jumlahnya jauh lebih kecil dari jumlah utangnya. Jumlah kerugian ini lebih besar dari BLBI.

    Bank-bank yang sudah menjadi milik pemerintah tetapi rusak berat itu atas perintah IMF harus patuh pada ketentuan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang formulanya ditentukan oleh Bank for International Settlement (BIS) yang berkedudukan di Bazel, Swiss. Caranya dengan direkapitalisasi dengan injeksi Surat Utang Negara (SUN) yang dikenal dengan istilah Obligasi Rekapitalisasi Perbankan atau Obligasi Rekap atau “OR” saja. Jumlahnya lebih besar lagi dibandingkan dengan semua kerugian yang sudah dijelaskan.

    Data teknis beserta contoh-contoh kasusnya akan dibahas dalam artikel-artikel selanjutnya yang merupakan satu serial dan akan digambarkan secara lengkap dari malapetaka keuangan yang dimulai dengan pengucuran BLBI beserta rentetan kebijakan-kebijakan yang sangat konyol.

    ___________

    Kwik Kian Gie

    Malaysia batasi beli minyak goreng

    Perdagangan
    Senin, 07/01/2008
    KUOTA
    Malaysia batasi beli minyak goreng
    KUALA LUMPUR: Warga Malaysia sejak akhir Desember 2007 hingga awal Januari 2008 memborong minyak goreng di berbagai supermarket karena isu harganya akan naik, sehingga pemerintah Malaysia kemudian membatasi pembelian komoditas itu.

    Beberapa warga Malaysia mengatakan penimbunan stok minyak goreng dilakukan karena harganya diperkirakan naik minggu depan terkait dengan kenaikan tarif jalan tol dan harga BBM.

    Seorang pengusaha Bernard Lim, yang membeli 15 botol isi lima kg minyak goreng di sebuah hipermarket, mengatakan kepada The Star,"Saya memborong karena rumors harga minyak goreng akan naik minggu depan."

    Hal serupa banyak dilakukan warga Malaysia walaupun Departemen Perdagangan Dalam Negeri telah membatasi pembelian minyak goreng maksimal lima kg minyak goreng mulai minggu depan.

    Beberapa hipermarket seperti Carrefour, Tesco, dan Jusco telah membatasi pembelian maksimal lima botol/lima kg minyak goreng per orang. (Antara)

    Waspadai inflasi & kenaikan harga minya : BI Rate diprediksi stagnan

    Halaman Depan
    Senin, 07/01/2008
    Waspadai inflasi & kenaikan harga minyak
    BI Rate diprediksi stagnan
    JAKARTA: BI Rate diperkirakan tetap tertahan pada posisi 8%, kendati ada tekanan kenaikan laju inflasi akibat kenaikan harga minyak mentah dunia pada awal tahun yang sempat menyentuh angka US$100 per barel.

    Bank sentral besok mengagendakan penentuan tingkat suku bunga acuan periode Januari 2008. Setelah menahan BI Rate pada level 8,25%, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan lalu menurunkan BI Rate 25 basis poin (bps) menjadi 8%.

    Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI) Djoko Retnadi mengatakan belum ada variabel yang kuat untuk mendukung bank sentral kembali menurunkan acuan bunga bank ke level yang lebih rendah dari posisi sekarang.

    Di sisi lain, tekanan inflasi akibat kenaikan harga minyak mentah dunia belum bisa menjadi referensi yang kuat bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan tersebut. Angka inflasi pada Desember 2007 tercatat 1,1%, lebih tinggi dari November, yakni sebesar 0,18%.

    Sementara itu, harga minyak mentah dunia yang sempat naik dan menyentuh level US$100 per barel pada Kamis pekan lalu, kembali turun menjadi US$97,91 per barel pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu. Indeks harga saham gabungan (IHSG), yang sempat turun ke level 2.715, kembali menguat pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu ke level 2.765,19.

    Djoko menilai tidak ada urgensi BI Rate diturunkan karena bunga bank sudah rendah. Bunga bank saat ini maksimal 15% dan dan rata-rata 11%-12%, terutama untuk kredit usaha besar. "Saya cenderung melihat BI Rate tertahan pada level 8%," katanya, kemarin.

    Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Moneter Budi Mulya ketika dikonfirmasi Bisnis menyebutkan RDG besok akan me-review apa yang dilakukan sebelumnya dan langkah ke depan. "Apa dan bagaimananya, nanti saja dalam RDG."

    Dia menjelaskan bank sentral akan memantau perkembangan harga minyak mentah dunia saat ini dan kecenderungan ke depan, termasuk kondisi perekonomian global, selain tetap melihat kondisi perekonomian nasional.

    Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah memberikan sinyal kemungkinan tetap menahan acuan bunga pada level 8%. Dia mengingatkan meskipun inflasi ditekan menjadi 5%, BI Rate tidak otomatis turun menjadi 5%.

    Ekonom Citigroup Anton Gunawan mengatakan ada dua kemungkinan keputusan yang terjadi dalam RDG. Pertama, tidak ada pemangkasan suku bunga mengingat ekspektasi inflasi masih tinggi saat ini dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.

    Kedua, BI akan mengabaikan ekspektasi kenaikan inflasi dan memangkas BI Rate sebesar 25 basis poin guna memperkecil selisih dengan bunga pasar semalam (overnight) sebelum mengeluarkan kebijakan SBI Overnight.

    Namun, Anton menyarankan bank sentral semertinya fokus dalam mencapai target inflasi dan mempertahankan BI Rate pada level 8%. Rencana untuk menggunakan SBI Overnight perlu dilanjutkan.

    Ekonom Indef Iman Sugema mengatakan peluang bank sentral menurunkan suku bunga acuan tetap terbuka lebar. "Namun, BI terlalu hati-hati, sehingga untuk Januari BI Rate akan tetap tertahan seperti bulan lalu."

    Iman menilai tekanan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas, terutama minyak mentah dunia, tidak bisa dikendalikan oleh kebijakan moneter. Di sisi lain, kelebihan likuiditas perbankan terlalu besar. "Padahal, tidak ada gunanya BI Rate tinggi," ujarnya.

    Berpeluang naik

    Di sisi lain, Ekonom Bank Negara Indonesia Ryan Kiryanto berpenda-pat bank sentral sebaiknya tidak mengubah bunga yang saat ini tercatat 8% sambil menunggu perkembangan inflasi hingga Maret 2008.

    Dia menilai BI Rate tahun ini justru berpeluang naik di atas 8% jika melihat kecenderungan inflasi yang tinggi, yakni di atas 6%. Hal ini karena faktor internal, yakni kenaikan harga BBM dan terganggunya distribusi barang.

    Kenaikan inflasi, menurut Ryan, didorong oleh faktor eksternal, yakni kenaikan harga minyak mentah dunia yang diperkirakan berlanjut pada tahun ini. "Koordinasi yang solid antara bank sentral dan pemerintah c.q. tim ekonomi kabinet dalam mengendalikan inflasi sangat menentukan tren suku bunga acuan ke depan."

    Di sisi lain, kalangan perbankan mengakui peluang BI menurunkan suku bunga sangat kecil. Sebaliknya, potensi naik justru terbuka.

    Dirut Bank NISP Pramukti Surjaudaja mengatakan bank sentral diharapkan menahan suku bunga. "Kondisi BI Rate saat ini sudah baik sekali. Bank sentral bakan seharusnya bisa menjaga bagaimana agar BI Rate tetap stabil, karena dengan bertahan pad level seperti ini [8%], ekspansi kredit tetap besar dan ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik."

    Direktur UKM dan Syariah BNI Bien Subiantoro mengatakan ekspansi perbankan berpeluang melampaui proyeksi tahun ini. Hal ini karena suku bunga acuan telah memberikan optimisme kepada bank untuk menurunkan bunga bank.

    Suku bunga perbankan rata-rata 11%-15%. Dengan BI Rate tahun ini stabil pada 8%, bank bisa menurunkan bunga tertingginya dari 15% menjadi 12% yang didorong oleh semakin kecilnya NPL, katanya. (10/ hery trianto) (redaksi@bisnis.co.id)

    Bisnis Indonesia