Rabu, 14 November 2007

WASPADAI EFEK INFLATOIR JELANG AKHIR TAHUN

Ekonomi Makro
Kamis, 15/11/2007
Waspadai efek inflatoir jelang akhir tahun
JAKARTA: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengingatkan adanya efek inflatoir percepatan penyerapan anggaran akhir tahun yang akan memengaruhi ekonomi makro.

Sekretaris Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Syahrial Loetan mengatakan secara teoritis, dampak inflatoir percepatan realisasi anggaran pada akhir tahun itu memang ada. Hal itu sejalan dengan mulai terealisasinya beberapa proyek pada kuartal terakhir tahun ini.

"Dengan gelontoran dana segar ke masyarakat, nilai uang akan sedikit berkurang," tuturnya, kemarin.

Menurut Menkeu Sri Mulyani Indrawati, penerimaan per 31 Oktober 2007 mencapai Rp524,3 triliun, 75,5% dari target APBN-P 2007. Realisasi belanja negara dilaporkan baru Rp506,6 triliun atau 67,3% dari target.

Pemerintah memproyeksikan dapat merealisasikan 90% anggaran 2007 dalam waktu satu setengah bulan ke depan. Langkah tersebut akan menyumbang inflasi akhir tahun ini.

Angka produk domestik brutomenurut penggunaan (%)

APBN-P 20072007*
PDB growth (konstan)6,36,3
Konsumsi rumah tangga5,15,3
Konsumsi pemerintah8,98,9
Investasi12,310,1
Ekspor9,910,3
Impor14,213,8
*) data terakhir
Sumber: Depkeu

"Namun dampaknya tidak akan signifikan. Saya yakin target penyerapan anggaran 90% itu bisa tercapai," ujar Syahrial.

Beberapa asumsi dasar APBN-P 2007 sebelumnya diperkirakan tidak akan tercapai hingga akhir tahun ini akibat lonjakan harga minyak mentah dunia yang secara langsung memengaruhi perekonomian nasional.

Asumsi dasar yang diperhitungkan tidak tercapai adalah inflasi, pertumbuhan, kurs rupiah terhadap dolar AS, dan lifting minyak Inflasi yang dipatok 6% diperhitungkan bakal terlampaui dalam kisaran 6,4%-6,5%. (Bisnis, 14 November)

Sementara itu, Fauzi Ichsan, Senior Vice President, Senior Economist and Government Relation Head Standard Chartered, menilai faktor yang paling mengkhawatirkan dari perkiraan realisasi asumsi dasar 2007 adalah laju inflasi karena lonjakan harga minyak dunia.

"Laju inflasi tersebut akan berpengaruh terhadap suku bunga dan menurunnya daya beli masyarakat," jelasnya kepada Bisnis.

Menurut prediksi Standard Chartered, ujarnya, harga minyak dunia akan tembus level US$100 per barel dalam kurun waktu saat ini hingga akhir tahun. Namun, harga minyak bakal turun lagi pada 2008 menyusul perkiraan pelambatan perekonomian AS menjadi 1,9%.

"Ini dengan asumsi tidak ada perubahan geopolitik, misalnya AS menyerang Irak. Kalau itu terjadi, harga minyak bukannya turun tapi bisa tembus ke level US$120 per barel."

Kekhawatiran terhadap dampak harga minyak ini juga membuat rupiah menjadi tertekan. Di sisi lain, neraca perdagangan diuntungkan dengan pelemahan rupiah tersebut karena nilai komoditas ekspor akan meningkat. Sebaliknya, kenaikan harga minyak itu akan menambah subsidi BBM sehingga anggaran menjadi mengecil dengan ruang gerak terbatas.

"Tapi, kalau subsidi BBM dihapus langsung, inflasi akan lebih besar lagi." (arif.gunawan@bisnis.co.id/aprilian.hermawan@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S. & Aprilian Hermawan
Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: