Senin, 05 November 2007

INFLASI BAKAL TAHAN SBI RATE

Halaman Depan
Selasa, 06/11/2007
Inflasi bakal tahan BI Rate
JAKARTA: BI Rate diperkirakan kembali tertahan pada posisi 8,25% menyusul ekspektasi kenaikan laju inflasi akibat tekanan harga minyak yang juga mengakibatkan melorotnya indeks saham.

Bank sentral hari ini mengagendakan penentuan tingkat bunga BI Rate periode November. Pada tiga bulan terakhir BI tetap mempertahankan acuan bunga nasional di level 8,25%.

Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan faktor kenaikan harga minyak global yang kini bertengger di atas US$90 per barel berpotensi mendongkrak ekspektasi inflasi. Hal itu, ujarnya, membuat peluang BI Rate turun jadi fifty-fifty.

"Saya cenderung BI Rate ditahan di 8,25% dan baru diturunkan di Desember 2007 menjadi 8%. Dengan catatan inflasi tahunan berkisar 6%-6,5%," katanya, kemarin.

Dia mengemukakan bank sentral akan mempertimbangkan ekspektasi inflasi pada dua bulan mendatang. Posisi inflasi Oktober sebesar 0,79% dan 6,88% yoy dinilai cukup tinggi.

Analis Optima Investama Ikhsan Binarto yang sebelumnya yakin BI bakal menurunkan BI Rate pada November, kini meralat prediksinya. Dia memperkirakan Rapat Dewan Gubernur BI bakal menahan suku bunga di level 8,25% menyusul harga minyak dan inflasi yang tinggi.

"Awalnya saya optimistis BI Rate bakal dipangkas pada November, tapi setelah harga minyak menembus rekor agaknya BI bakal berhati-hati dengan membiarkan BI Rate di level 8,25%," tuturnya.

Pelaku pasar mulai mengantisipasi langkah BI itu. Sejumlah saham perbankan anjlok dan menahan laju kenaikan indeks. Saham perbankan yang masuk dalam 10 saham penyumbang penurunan ter-besar indeks adalah BRI, Bank Mandiri, BCA, dan Bank Danamon.

Kemarin, indeks anjlok 2,14% atau 58,14 poin ke level 2.652,48. Penurunan ini yang pertama setelah dua hari sebelumnya indeks naik.

Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier juga sependapat agar bank sentral mempertahankan BI Rate pada posisi sekarang. Hal ini, tuturnya, disebabkan masih adanya kemungkinan peningkatan inflasi pada akhir tahun.

Ingin turun

Dirut BRI Sofyan Basir mengatakan sektor riil akan bergerak lebih cepat jika bank sentral menurunkan BI Rate menjadi 8%. "Saya kira akan makin baik kalau BI Rate turun, jadi suku bunga kredit bisa turun, harapannya sektor riil bisa lebih cepat bergerak," tegasnya.

Direktur Bank NISP Rudy Hamdani mengatakan penurunan BI Rate lebih lanjut akan mendorong perekonomian tetapi ada pertimbangan tertentu dari bank sentral dalam menetapkan tingkat acuan suku bunga nasional itu.

Direktur Bank Niaga Catherine Hadiman mengatakan bank telah menurunkan tingkat bunga yang dapat diserap debitor dengan baik.

Gubernur BI Burhanuddin Abdullah dan Deputi Senior Gubernur BI Miranda S. Goeltom enggan berkomentar. "Tunggu besok saja ya [hari ini]," tegas Burhanuddin. (Arif Gunawan/Bastanul Siregar/M. Yunan Hilmi/Pudji Lestari/10) (achmad.fahmi@ bisnis.co.id)

Oleh Fahmi Achmad
Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: