Senin, 04 Agustus 2008

Boediono: Masih ada faktor eksternal yang harus diwaspadai

Halaman Depan
Selasa, 05/08/2008
Boediono: Masih ada faktor eksternal yang harus diwaspadai
BI diminta pertahankan bunga
JAKARTA: Tekanan kepada Bank Indonesia untuk menahan kenaikan BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur hari ini datang tidak saja dari para ekonom, tetapi juga dari pengusaha hingga Kepala Bappenas.

Namun, beberapa ekonom dan bankir memperkirakan bank sentral akan mengerek suku bunga di level 9%, naik 25 basis poin (bps) dari posisi sebelumnya 8,75%. Ini sejalan dengan isyarat Gubernur BI Boediono bila tekanan inflasi masih sangat tinggi, kendati sudah tidak terpengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak.

"Kami akan pantau bulan ke bulan dan minggu ke minggu. Mestinya membalik pada bulan kedua setelah kenaikan harga BBM, tetapi tampaknya masih ada faktor eksternal yang harus kita waspadai," papar Boediono, kemarin.

Dia meminta pemerintah tetap menjamin kelancaran arus barang yang memengaruhi pasokan. "Ada faktor lain di luar BBM, kelancaran arus barang itu sangat penting."

Gubernur BI memperkirakan pada bulan-bulan mendatang ada pembalikan ekspektasi inflasi. "Untuk bulan ini, memang belum kelihatan. Untuk ke depan, saya rasa bisa kita lihat lagi."

Senada dengan Boediono, Deputi Senior Gubernur BI Miranda S. Goeltom mengisyaratkan BI Rate naik. "Tidak tertutup kemungkinan, tapi kita lihat dulu."

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi tahunan (year-on-year) pada Juli 11,9%, lebih tinggi dibandingkan dengan Juni yang 11,03%. Namun, inflasi bulanan Juli (month-to-month) sebesar 1,33%, turun dibandingkan dengan periode yang sama sebelumnya 2,46%.

Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan bunga BI Rate 8,75% cukup mengendalikan inflasi. Tingkat bunga itu masih dapat menggerakkan sektor riil, meskipun bunga kredit masih tergolong tinggi.

Perlunya mempertahankan BI Rate, menurut dia, sejalan pula dengan rencana kebijakan BI menaikkan giro wajib minimum (GWM), yang berpotensi meningkatkan kredit macet.

Paskah berharap bank sentral tidak menerapkan lagi kebijakan keuangan ketat dengan langsung menyesuaikan BI Rate pada setiap ada peningkatan inflasi. "Bisa-bisa bunga bank naik lagi sampai 21%, BI Rate jangan di atas sekarang."

Ekonom Kepala BNI Tony Prasetiantono menyatakan setuju dengan proyeksi Bappenas, karena saat ini menaikkan suku bunga belum tentu efektif menekan inflasi.

"Karakteristik inflasi bulan ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditas di luar negeri. Saya menilai BI tidak perlu menaikkan bunga."

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Indonesia Aviliani meminta BI sebaiknya mengkaji ulang rencana menaikkan bunga 25 bps dalam menekan inflasi. Pasalnya, sektor riil akan dirugikan dan kemungkinan banyak yang gulung tikar, karena terbebani bunga utang.

Ekonom BRI Djoko Retnadi juga meminta hal serupa. "BI sebaiknya memanfaatkan fasilitas lain untuk meredam inflasi. Bisa menggunakan instrumen GWM."

Thomas Darmawan, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), menilai semakin tinggi suku bunga akan menyulit industri menurunkan harga barang pokok.

"Modal usaha industri sudah naik karena harga BBM sekarang, asalkan jangan BI Rate naik hingga lebih dari 9%. Kalau lebih dari 9%, kami [industri] terbebani suku bunga pinjaman yang sampai 15%. Itu berat," katanya.

Naik 25 bps

Wakil Dirut Bank Central Asia Jahja Setiaatmadja memperkirakan BI Rate masih akan naik 25 bps untuk menarik likuiditas di masyarakat. Pasalnya, yang dihadapi industri perbankan saat ini bukanlah gejolak ekonomi global semata, tetapi ancaman krisis likuiditas.

Presdir Bank Niaga Hashemi Albakri mengatakan perbankan masih memiliki fundamental yang kuat untuk menahan kenaikan BI Rate sebesar 25 bps, sehingga apabila itu diperlukan untuk meredam inflasi tidak masalah jika dinaikkan.

Analis Credit Suisse Mirza Adityaswara juga memprediksi BI Rate naik 25 bps, mengingat sejumlah bank sudah mulai menaikkan bunga deposito 1 bulan di atas 9%, karena SBI 3 bulan sudah 9,2% dan SBI 6 bulan 9,75%.

Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk Tri Joko Prihanto memperkirakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps akan berdampak pada kualitas kredit.

Secara terpisah, Selasa waktu setempat, atau Rabu dinihari waktu Indonesia, 10 anggota komite bank sentral AS, yang diketuai oleh Ben S. Bernanke, mengadakan pertemuan untuk menentukan tingkat bunga The Fed dari saat ini 2%.

Hasil survei Bloomberg terhadap beberapa ekonom rata-rata memperkirakan The Fed akan mempertahankan bunga. (hery.trianto@bisnis. co.id)

Reportase: 11, 16, 17, Erna S. U. Girsang, Fahmi Achmad, Gajah Kusumo

Oleh Hery Trianto
Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: