Senin, 04 Agustus 2008

'Asumsi dasar minyak masih bisa berubah'

Ekonomi Makro
Selasa, 05/08/2008
'Asumsi dasar minyak masih bisa berubah'
JAKARTA: Panitia Anggaran DPR menilai asumsi dasar harga minyak dalam RAPBN 2009 dapat kembali berubah karena gejolak harga minyak mentah dunia yang tidak menentu.

Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR Harry Azhar Azis mengatakan turunnya permintaan minyak dunia belum diikuti dengan penurunan permintaan dalam negeri. Selain itu, produksi minyak juga tidak menunjukkan peningkatan nyata sehingga pasok dalam negeri masih mengalami kekurangan.

"Selama lifting minyak tidak naik secara signifikan Indonesia akan tetap mengalami shortage [kekurangan] atas minyak, tetapi tidak seberat kalau harga minyak naik," ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.

Pemerintah belum lama ini kembali mengubah besaran asumsi dasar untuk harga rata-rata minyak mentah dalam negeri pada RAPBN 2009 sebesar US$130 per barel dari perkiraan sebelumnya US$140 per barel.

Kendati demikian, pemerintah mempertahankan cara konservatif dengan tetap menyiapkan dana cadangan risiko fiskal dalam RAPBN 2009, untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak mentah dunia hingga level US$160 per barel.

Ekonom Kepala Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa meyakini kecenderungan harga minyak akan turun tahun depan hingga level US$100-US$ 120 per barel.

Angka ini sesuai dengan prediksi OPEC akan menurunnya permintaan minyak dunia hingga 700.000 barel per hari atau menjadi 31,2 juta barel per hari pada tahun depan. "Jadi pemerintah tidak perlu lagi naikkan harga BBM tahun depan," ujarnya kepada Bisnis.

Selain itu, lanjutnya, penurunan harga minyak juga akan berpengaruh pada laju inflasi dalam negeri. Dia memperkirakan inflasi akan kembali ke single digit pada Mei 2009.

Inflasi realistis

Sementara itu, Bank Dunia menyatakan target inflasi Pemerintah Indonesia tahun ini masih realistis dan dicapai dengan kebijakan moneter konvensional seperti kenaikan suku bunga.

Country Director Bank Dunia untuk Indonesia Joachim von Amsberg mengatakan tantangan inflasi tinggi tidak hanya membelit Indonesia, melainkan semua negara. Otoritas fiskal dan moneter Indonesia cukup responsif menghadapi tantangan tersebut.

"Sejauh ini, BI dan pemerintah melaksanakan kebijakan dengan bagus, kami percaya target inflasi 6,5%-7,5% pada akhir 2009 bisa dicapai," tuturnya kepada pers di Bali, akhir pekan lalu.

Inflasi tinggi, ujarnya, saat ini menjadi tantangan sulit bagi semua bank sentral di dunia. (16) (arif.gunawan@bisnis.co.id)

Oleh Arif Gunawan S.
Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: