Minggu, 03 Februari 2008

Dari Poco-poco ke dansa-dansi

Umum
Senin, 04/02/2008
Dari poco-poco ke dansa-dansi
Megawati Soekarnoputri agaknya tak pernah surut bermanuver. Dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-35 PDI Perjuangan di GOR Sriwijaya, Palembang, Sumsel, Kamis lalu, putri Bung Karno itu mengkritik pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Wapres Jusuf Kalla seperti penari poco-poco yang maju satu langkah, mundur satu langkah. Maju dua langkah, mundur dua langkah. Hanya bisa membuat orang senang, tetapi tidak mampu menyelesaikan pokok permasalahan.

Kritikan itu merupakan bagian dari pidato politik Megawati sebagai Ketua Umum PDIP di depan massanya yang berlangsung sekitar satu jam. Agaknya Megawati ingin melemparkan isu ke publik, terutama konstituennya, mengenai kinerja pemerintah yang tak kunjung optimal, misalnya dalam soal penanganan masalah kemiskinan.

Setelah kalah dalam Pemilihan Presiden-Wapres 2004, PDIP yang waktu itu mengusung Megawati sebagai incumbent, memutuskan untuk menjadi partai oposisi. Sejak itulah Megawati menjadi cukup rajin mengkritik pemerintahan SBY-JK.

Adalah Megawati pula yang melemparkan kritik bahwa pemerintahan SBY hanya bisa tebar pesona. Kalau dipelesetkan ke judul buku karya Soegiarso Soerojo yang dilarang beredar pemerintah Orde Baru pada 1989 tentu menjadi lebih menarik lagi. Siapa menabur angin akan menuai badai. Siapa menebar pesona akan menuai ....

Yang jelas, pantun berbalas. Presiden Yudhoyono tidak memberikan sendiri tanggapannya. Jubir Presiden Andi Mallarangeng yang menyampaikan pantun balasan. Memang bukan inisiatif sendiri. Pak Jubir berkumis itu hanya menjawab pertanyaan para wartawan. Namun, publik tetap melihatnya sebagai jawaban atas kritik Megawati.

Andi pun dengan gaya khasnya berargumen bahwa pemerintahan yang dipimpin bosnya selalu cepat mengatasi masalah yang muncul. "Itu kepimpinan yang langsung hand on, bukan maju-mundur," ujar Andi, sehari setelah Megawati melontarkan kritiknya.

Soal tarian poco-poco, Andi mengatakan poco-poco justru tarian yang bagus. "Jangan melecehkan tarian Sulawesi. Itu tarian luar biasa," katanya

Jual gas murah

Wapres Jusuf Kalla pun menjawab soal poco-poco itu. Menurut dia, tarian poco-poco lebih sehat daripada dansa-dansi yang hanya berputar-putar sambil menjual gas murah. "Mengerti kan maksudnya?"

Sekadar catatan, pada Maret 2002, Megawati yang saat itu masih menjadi Presiden melakukan kunjungan kenegaraan ke China. Di saat jamuan makan malam, Presiden Jiang Zemin secara spontan mengajak Megawati berdansa.

Saat itu kesepakatan jual beli gas dari ladang Tangguh, Papua, ke Provinsi Fujian, China, hanya US$2,4 per million metric british thermal unit (mmbtu). Kontrak selama 25 tahun dan berlaku mulai Februari 2009.

Sekadar perbandingan, angka itu jauh lebih rendah daripada harga yang ditawarkan kilang North West, Australia (Agustus 2002), yang menjual US$3,6 per mmbtu ke Provinsi Guangdong, China, juga untuk jangka waktu 25 tahun.

Wapres Kalla dalam kesempatan terpisah mengatakan kontrak gas Tangguh dengan Fujian itu hanya akan menghasilkan US$500 juta per tahun. Dengan harga gas di pasaran US$11-US$15 per mmbtu saat ini, mestinya Indonesia bisa memperoleh pendapatan US$1,5 miliar per tahun.

Dengan kontrak selama 25 tahun, berarti potensi kerugian Indonesia mencapai sedikitnya US$20 miliar-US$25 miliar per tahun.

Pengamat politik Effendi Ghazali menilai lontaran-lontaran kritik antarkandidat sebagai hal lumrah. Asalkan penggunaan kiasan langsung diarahkan dengan contoh kasus.

Akan tetapi kalau kritik lebih dimaksudkan untuk mengejek, tentu masalahnya adalah kedewasaan berpolitik. Dan publik yang kian pintar pasti mampu memilih dan memilah mana kritik yang konstruktif dan substantif... (tri.dp@bisnis.co.id)

Oleh Tri D. Pamenan
Wartawan Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: