Minggu, 30 Desember 2007

SAHAM BESI BERI KEUNTUNGAN TERTINGGI (23) EMITEN CATAT PERTUMBUHAN 77%

Halaman Depan
Senin, 31/12/2007
Saham Bisi beri keuntungan tertinggi
23 Emiten catat pertumbuhan 77%
JAKARTA: Sebanyak 23 emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2007 termasuk PT Bank Negara Indonesia Tbk, yang melepas saham perdana kedua (secondary offering), membukukan pertumbuhan rata-rata 77,35%.

PT Bisi International Tbk, emiten paling pertama tercatat di bursa pada tahun ini, mencatat pertumbuhan harga saham yang paling tinggi, yaitu 900%. Harga saham perusahaan di sektor pertanian itu meningkat ke level Rp2.000 dibandingkan dengan harga perdananya, yaitu Rp200.

Pertumbuhan tingkat return melebihi angka 100% juga dicetak oleh beberapa emiten lainnya, seperti PT Cowell Development Tbk (157,69%), PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (147,15%), PT Darma Henwa Tbk (102,98%), dan PT Perdana Karya Perkasa Tbk (100%).

Namun, PT Media Nusantara Citra Tbk, PT Laguna Cipta Griya Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Capital Indonesia Tbk, dan PT Ciputra Property Tbk justru membukukan penurunan harga.

Harga saham Laguna Cipta merosot tajam 37,6% menjadi Rp78 diban-dingkan dengan harga perdananya, Rp125. Disusul oleh saham Bank Capital yang anjlok 29,33% menjadi Rp106 dari harga perdana Rp150.

Nasib serupa juga dialami oleh emiten BUMN sektor perbankan, yaitu PT Bank BNI Tbk, yang ikut masuk bursa kedua kalinya dengan jumlah saham yang dilepas 27%.

Sampai penutupan pasar akhir tahun pada pekan lalu, harga saham berkode BBNI itu merosot tajam ke posisi Rp1.970 dibandingkan dengan harga saham perdananya, yaitu Rp2.050.

Kinerja harga saham yang listing pada 2007
EmitenListingHarga perdanaHarga penutupan*%
Bisi International (BISI)28/5Rp200Rp2.000900%
Panorama Transportasi (WEHA)31/5Rp245Rp46589,79%
Bukit Darmo Property (BKDP)15/6Rp120Rp21075%
Sampoerna Agro (SGRO)18/6Rp2.340Rp3.45047,43%
Media Nusantara Citra (MNCN)22/6Rp900Rp810-10%
Bank Multicore (MCOR)3/7Rp200Rp22512,5%
Laguna Cipta Griya (LCGP)4/7Rp125Rp78-37,6%
Perdana Karya Perkasa (PKPK)11/7Rp400Rp800100%
Bank Negara Indonesia (BBNI)**13/8Rp2.050Rp1.970-3,90%
Darma Henwa (DEWA)26/9Rp335Rp680102,98%
Bank Capital Indonesia (BACA)4/10Rp150Rp106-29,33%
Perdana Gapuraprima (GPRA)10/10Rp310Rp41533,87%
Wijaya Karya (WIKA)29/10Rp420Rp57035,71%
Ace Hardware (ACES)6/11Rp820Rp8706,09%
Ciputra Property (CTRP)7/11Rp610Rp600-1,63%
Sat Nusapersada (PTSN)8/11Rp580Rp65012,06%
Jasa Marga (JSMR)12/11Rp1.700Rp1.90011,76%
Jaya Konstruksi (JKON)4/12Rp615Rp1.520147,15%
Catur Sentosa Adiprana (CSAP)12/12Rp200Rp2052,5%
Indo Tambangraya Megah (ITMG)18/12Rp14.000Rp18.90035%
Alam Sutera Realty (ASRI)18/12Rp105Rp20090,47%
Duta Graha Indah (DGIK)19/12Rp225Rp2250%
Cowell Development (COWL)19/12Rp130Rp335157,69%
Total


1779,17%
Rata-rata


77,35%
Sumber: Bloomberg, diolah
*)Harga penutupan akhir tahun (28 Desember)
**)Penawaran kedua

Penurunan return juga dialami oleh PT Ciputra Property Tbk. Emiten yang tercatat di BEI pada 7 November itu tidak mencatat peningkatan harga sebagaimana emiten properti lainnya. Harga saham emiten berkode CTRP itu justru anjlok 1,63% menjadi Rp600.

Di atas pasar

Analis Sinarmas Securitas Alfiansyah mengatakan jika dibandingkan dengan pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencatat rekor 52,08%, pertumbuhan 23 emiten itu bisa dikategorikan sudah di atas rata-rata pasar.

Sebagai catatan, IHSG BEI pada akhir perdagangan, Jumat (28 Desember), ditutup di posisi Rp2.745,83. Level ini menguat 52,08% dibandingkan dengan indeks penutupan hari perdagangan akhir pada 2006 yang berada di posisi Rp1.805,523.

"Dilihat dari sisi gain atau tingkat return, capaian itu bisa dikatakan berada di atas rata-rata pasar atau bisa katakan cukup tinggi, karena melebihi capaian IHSG," ujar Alfiansyah ketika dihubungi Bisnis.

Seiring dengan target BEI untuk menggenjot 30 emiten yang akan melantai di bursa pada 2008, dia memprediksikan langkah tersebut juga bakal mendongkrak pertumbuhan gain emiten tahun depan.

"Secara rata-rata, tiap-tiap emiten itu memang akan membukukan pertumbuhan yang cukup variatif pada tahun depan, tapi pertumbuhannya cukup tinggi."

Alfiansyah mengatakan dukungan sejumlah emiten dengan catatan kinerja yang cukup bagus akan membantu meningkatkan pertumbuhan tersebut. Di sisi lain, IHSG pun bisa ikut terdongkrak.

Kenaikan harga minyak mentah dunia, menurut dia, akan menjadi patokan kinerja emiten juga. Sebab kenaikan harga minyak mentah dunia akan menentukan aksi korporasi yang bakal dijalankan oleh sejumlah emiten, terutama dari sisi kinerja keuangannya.

Alfiansyah memperkirakan tahun depan perusahaan di sektor pertambangan dan infrastruktur berpeluang meraup keuntungan di bursa.

"Sektor pertambangan cukup bagus, karena seiring dengan harga komoditas yang terus meningkat. Sementara itu, infrastruktur punya prospek yang positif, karena anggaran dari pemerintah lebih dari Rp100 triliun."

Saham perusahaan di sektor perkebunan dan telekomunikasi juga akan mencetak gain yang cukup tinggi. (06) (redaksi@bisnis.co.id)

Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: